Mohon tunggu...
Alfian Nur Mujtahidin
Alfian Nur Mujtahidin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sekolah Dokter Semester 7 | Penggemar Bulutangkis | Bermimpi suatu saat bisa jadi Penulis\r\nTwitter : @alfiannurm

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

"Bencana" Bulutangkis Indonesia

3 Agustus 2012   13:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:17 2448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2012 seolah menjadi tahun kelam untuk perbulutangkisan Indonesia. Tahun ini sebenarnya tahun yang sangat ideal untuk menunjukkan siapa negara yang paling kuat diolahraga tepok bulu dunia. Bagaimana tidak, dua turnament akbar tahun ini digelar. Pertama, gelaran Thomas dan Uber Cup 2012 (setara World Cup di sepakbola) dan Olimpiade London 2012. "Bencana" bulutangkis Indonesia mulai terjadi Mei 2012. Saat Indonesia berlaga dalam gelaran Piala Thomas di Wuhan China. Datang ke Wuhan dengan status Unggulan kelima, membuat posisi Tim Thomas Indonesia saat itu diragukan untuk tampil prima, apalagi Indonesia harus satu group dengan Juara Bertahan saat itu, China. Tim Thomas Indonesia keluar sebagai Runner Up group dan bersua tim Jepang di babak perempat final. "Bencana" pertama itu datang saat harus bersua dengan Jepang. Bagaimana tidak, Indonesia saat itu yang tampil dengan komposisi Simon Santoso, Taufik Hidayat, Hayom Rumbaka, Markis Kido/Hendra Setiawan, dan M.Ahsan/Alvent Yulianto gagal membendung laju "anak bawang" Jepang dengan skor 2-3. Kekalahan tim Thomas saat itu, seolah menampar dunia bulutangkis kita. Bagaimana tidak, sejak Indonesia ambil bagian dalam gelaran Thomas Cup tahun 1958, praktis Indonesia tak pernah kandas dibabak perempat final, dan yang lebih menyakitkan kita dikalahkan tim "anak bawang" Jepang.

Kekalahan Hayom Rumbaka dari Tunggal Putra Takeuma Uda dari Jepang di partai terakhir perempat final Thomas Cup, Indonesia kalah 2-3 dari Jepang.

Efek tersebut merembet dan sampai ditelinga mantan - mantan pemain bulutangkis kita. Bahkan saat itu mereka membuat petisi agar PBSI segera berbenah, bahkan ada yang menginginkan ketua umum saat itu mengundurkan diri. Namun, seperti kebanyakan para pemimpin di negeri ini, sang ketua umum mempunyai banyak alasan mengenai kegagalan itu, dan berjanji akan segera mengevaluasi secara menyeluruh. Sang ketua umum saat itu berjanji hal ini tidak sampai "menular" ke ajang Olimpiade 2 bulan dari saat itu. Kegagalan di Thomas dan Uber Cup 2012, sedikit diobati saat beberapa pemain Indonesia tampil prima di ajang Thailand Grand Prix Gold, Indonesian Premier Super Series, dan Singapure Open Super Series. 3 gelar dari 3 turnament pemanasan sebelum Olimpiade tersebut, membuat tim Indonesia semakin optimistis dapat menjaga tradisi emas olimpiade selama 20 tahun terakhir. Namun, ternyata euforia tersebut berlangsung singkat, awal bulan ini, "bencana" bulutangkis Indonesia terjadi, bahkan lebih parah dan efeknya luar biasa. Dalam perhelatan Olimpiade London 2012, 9 pemain bulutangkis Indonesia datang ke London membawa misi mempertahankan tradisi emas sejak 20 tahun lamanya. Segala macam cara dan program dijalankan PBSI untuk mempertahankan tradisi emas tersebut selama kurang lebih satu bulan terakhir. 9 atlit Indonesia mengawali laga dengan menyakinkan, namun ternyata batu besar menghadang dibabak 16 besar. Tiga pemain tunggal kita dengan "sukses" kalah dari lawan - lawannya. Simon Santoso kalah "menyakinkan" dari Lee Chong Wei. Taufik Hidayat juga kalah "menyakinkan" dari Super Dan asal China. Hal serupa juga terjadi dengan Adriyanti Firdasari yang juga kalah "menyakinkan" dari Wang Xin. Kekalahan tersebut seolah membuat tradisi emas bulutangkis Indonesia menipis. Bencana tersebut tidak berhenti saat itu, nama besar bulutangkis kita juga tercoreng atas aksi tidak supportifnya ganda putri terbaik kita Greysia Polli/Meiliana Jauhari saat melawan pasangan Korea Kim Min Jung/Ha Jung Eun. Tindakan itu merupakan efek domino dari tindakan tidak supportif pasangan China unggulan pertama Wang Xiaoli/Yu Yang dari pasangan Korea lainnya Jung Kyun Eun/Kim Ha Na. Alhasil 4 pasang ganda putri tersebut didiskualifikasi dari Olimpiade London 2012. Nama Indonesiapun tercemar dan muncullah pro kontra seputar aksi para pemain - pemain tersebut.

Kontroversi partai Greysia Polli/Meiliana Jauhari melawan Ha Jung Eun/Kim Min Jung

Harapan emaspun akhirnya bertumpu pada pasangan Ganda Putra M.Ahsan/Bona Septano serta Ganda Campuran Liliana Natsir/Tantowi Ahmad. Lagi - lagi, pasangan ganda putra Indonesia kalah secara "meyakinkan" dari ganda kuat korea Chung Jae Sung/Lee Yong Dae. Saat itu, 2 tradisi tim Bulutangkis Indonesia diajang Olimpiade terputus, yaitu pertama, Tim Indonesia minimal membawa pulang 3 medali dari Olimpiade, dan kedua, minimal nomer ganda putra pulang dengan raihan medali. Lagi - lagi, bencana tidak berhenti disitu, kekalahan tragis ganda campuran Tantowi Ahmad/Liliana Natsir dari pasangan Chen Xu/Ma Jin membuat 3 tradisi bulutangkis di Indonesia terputus saat itu yakni tradisi emas olimpiade sejak 1992 dan awan hitam menyelimuti perbulutangkisan Indonesia.

Pasangan Tantowi Ahmad/Liliana Natsir yang kalah lawan Chen Xu/Ma Jin di semifinal dan kalah lawan Joachim Fischer/Cristina Pedersen diperebutan medali Perunggu.

Namun, bencana tersebut terus terjadi, dan sangat disesalkan, akhir dari gelaran Olimpiade London ini, tim Bulutangkis Indonesia pulang ketanah air dengan koleksi 0 medali dan citra buruk atas tindakan unsupportif pasangan ganda putri. "Bencana" tersebut menjadi "bencana" yang paling mengerikan dalam sejarah olahraga bulutangkis Indonesia. Sudah tidak ada lagi air mata bahagia, bendera merah putih berkibar dipuncak tertinggi, dan lagu Indonesia Raya berkumandang keseluruh pelosok dunia dari ajang Olimpiade London 2012. Bulutangkis yang menjadi olahraga kebanggan kita seolah tak berdaya dan gagal memenuhi ekspektasi bangsa ini. Tak perlu disesali, toh nasi sudah menjadi bubur. Siapa yang perlu disalahkan, tentu semua harus bersatu untuk bangkit dan kembali menata bulutangkis Indonesia, olahraga kebanggaan bangsa ini yang 20 tahun lalu membawa nama Indonesia disegani dipentas olimpiade dunia tahun ini tidak berdaya. Dengan hal seperti itu, sungguh disayangkan Menpora memberikan komentar "Jangan hanya mengandalkan Bulutangkis lagi, di multievent". Sungguh, ini membuat hati saya bersedih sebagai pecinta olahraga bulutangkis. Sudah saatnya dengan hasil yang begitu memilukan atau bahkan "memalukan" ini. Kita bangkit bersama, PBSI, KONI, Menpora dan seluruh masyarakat Indonesia untuk membangun lagi olahraga bulutangkis kita. Tentu juga, kita akan melihat bagaimana bentuk pertanggung jawaban ketua umum PBSI atas kegagalan ini. Mengingat beliau sendiri sudah berjanji bahwa kegagalan Tim Thomas Indonesia mei lalu tidak akan merembet ke Tradisi Emas Olimpiade London 2012. Teruslah jaya bulutangkisku. Salam Olahraga. Sumber Gambar : http://www.nst.com.my/polopoly_fs/1.86926.1337768761!/image/image.gif_gen/derivatives/landscape_454/image.gif http://img.antaranews.com/new/2012/08/ori/20120801greysia-polii.jpg http://www.wowkeren.com/images/news/00023615.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun