Cerita ini tentu saja bukan tentang saya. Cerita saya masih panjang membentang. Ini adalah sekelumit kisah tentang bapak yang telah memasuki masa pensiun dua tahun silam.Â
Beliau adalah seorang guru SD (Sekolah Dasar) yang telah mengabdikan diri menjadi pendidik selama lebih dari 35 tahun.
Bapak memang sudah sendiri. Ibu saya meninggal dunia 2016 lalu. Tidak mudah menghadapi kenyataan berpisah selamanya dengan pasangan hidup yang telah menemaninya selama 30 tahun terakhir.Â
Apalagi menyusul 3 tahun kemudian beliau memasuki masa pensiun. Jelas situasinya berbeda. Dengan bekerja, ia masih memiliki kesibukan. Sekaligus sedikit membantu mengatasi rasa kehilangan. Sementara kalau sudah pensiun?
Saya sendiri sempat cemas ketika beliau memasuki masa pensiun. Bagaimana nanti kondisi beliau usai pensiun. Dalam bayangan saya pasti bapak akan merasa kesepian. Kondisi psikisnya mungkin akan menurun. Biasanya sehari-hari sibuk dengan urusan belajar mengajar. Tiap haripun ramai dengan adanya para murid.Â
Kini mendadak situasinya berbalik 180 derajat. Takada pekerjaan. Takada suasana keramaian. Saya memahami bahwa kondisi demikian pasti berat untuk orang tua.
Namun ternyata saya salah. Bapak sudah memiliki rencana usai pensiun. Beliau akan semakin aktif dalam kegiatan pelayanan gerejawi. Ia ingin mengerjakan hal-hal yang belum dapat ia kerjakan sebelumnya karena kesibukan pekerjaan.Â
Keinginannya usai pensiun adalah mengabdikan hidupnya untuk lebih dekat dengan Tuhan. Memang di gereja sendiri banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan.Â
Disana juga ada perkumpulan para orang tua yang sudah berusia lanjut yang bernama komunitas adiyuswa. Komunitas ini terdiri dari para orang tua yang sudah berusia 50 tahun keatas. Sederhananya, banyak yang bilang bahwa adiyuswa adalah komunitas "simbah-simbah".Â
Tentulah banyak pensiunan disana. Bapak selain aktif dalam kegiatan administratif di gereja, juga aktif melayani para adiyuswa ini. Simbah-simbah ini meskipun diusia tuanya masih aktif dan semangat.Â