"Udah mas, tenang aja. Covid mah gak usah dipikirin. Buktinya saya sehat-sehat aja"
Saya ingat betul Budi sering sekali berkata demikian sebelum memasuki periode Juli 2021. Budi merupakan salah satu rekan di lingkungan kerja kami. Ia memang golongan orang yang tidak percaya covid-19.Â
Menurutnya virus covid-19 itu tidak ada. Isu covid-19 hanya dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu untuk suatu kepentingan. Sekalipun sudah banyak makan korban, ia tetap pada pendiriannya untuk tidak percaya.Â
Celakanya di perusahaan, Budi adalah seorang supervisor yang membawahi beberapa orang anggota tim. Maka ia sudah seperti provokator. Para anggota timnya pun akhirnya menjadi golongan orang-orang yang tidak percaya covid-19. Mengikuti provokasi Budi. Mereka masih suka ngopi bareng saat jam istirahat di warung kecil depan kantor.Â
Duduk berdempetan dan tanpa masker! Saat jam kerja pun ketika ada waktu longgar, mereka ngopi satu gelas dipakai untuk rame-rame. Cara seperti itu jelas memiliki potensi yang sangat besar bagi penyebaran virus.
Sampai pada suatu saat di awal bulan Juli, istri Budi mengeluh demam hingga menggigil. Ia sampai sempat ijin masuk kerja untuk merawat sang istri. Tak berapa lama, kedua anak dan dirinya sendiri juga mengeluh tidak enak badan yang dilanjutkan dengan anosmia (kehilangan indera penciuman dan perasa). Akhirnya, ia dan seluruh keluarganya diminta untuk swab di pabrik.Â
Hasilnya: semuanya positif. Budi, istri, serta kedua anaknya. Mereka harus menjalani isolasi mandiri dirumah. Budi menepi dari pekerjaan cukup lama. Sekitar tiga minggu sampai benar-benar pulih. Untung saja perusahaan masih baik. Gajinya tetap dibayar utuh meski tidak bekerja.Â
Setelahnya, berturut-turut orang didalam timnya bertumbangan. Mereka dinyatakan terpapar covid-19 sehingga harus menepi. Gejalanya sama: demam, batuk, pilek, sesak nafas, dan anosmia. Dari total 7 anggota tim, hanya tinggal satu orang yang masih sehat.
Setelah kejadian ini, pandangan Budi berangsur berubah. Ia menjadi orang yang mewanti-wanti orang lain agar selalu waspada terhadap covid-19 dan jangan abai untuk selalu menaati protokol kesehatan. Syukurlah, ia sudah sadar. Sayangnya, kenapa harus menunggu terkena dahulu.
Lain Budi, lain pula di lingkungan tempat tinggal kami. Kira-kira pada awal diberlakukannya PPKM darurat yang lalu, lewat Whatsapp grup RT ada yang dengan lantang membagikan statement: Kami warga RT 10 Sukasari (bukan nama sebenarnya), menolak segala pemberitaan tentang covid-19.Â