Nurutin pekerjaan itu tidak akan ada habisnya. Selalu saja ada tugas yang menunggu untuk diselesaikan.Â
Hakikat manusia itu diciptakan memang untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan dan menggapai cita-cita.Â
Namun untuk apa bekerja dengan keras tapi tanpa pernah menikmati hasil dari usaha yang tak kenal lelah?
Ari, seorang pekerja swasta yang memang dikenal ambisius. Segenap waktu yang ia miliki hampir semuanya habis untuk bekerja.Â
Setelah jam kantor usai pun ia masih melanjutkan usaha sampingannya mengerjakan order kecil-kecilan.Â
Mimpinya di masa muda adalah bisa memiliki rumah dan kendaraan sendiri.Â
Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa apapun akan ia lakukan demi bisa memenuhi impiannya.Â
Ia hampir tidak punya waktu sekadar untuk main futsal dengan teman-temannya.Â
Sayangnya, kebiasaan kerja keras itu tidak diimbangi dengan kondisi fisik yang prima. Ia seringkali jatuh sakit meski hanya meriang.Â
Cita-cita itu memang berada di tangan si empunya mimpi. Kita yang bermimpi, kita yang mengusahakan. Tidak salah tentu. Manusia hidup memang harus giat dan rajin berusaha demi menggapai mimpi. Tidak ada orang malas yang akan berhasil kecuali orang tuanya memang kaya. Benar tidak?Â
Istilah kerennya privilage. Kalau Anda anak Presiden, Menteri, atau orang tua Anda pemilik perusahaan ya Anda memang dilahirkan untuk kaya.Â
Lain halnya dengan orang yang lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ia harus bekerja keras demi meraih sukses.
Pandemi mungkin membuat kita bekerja dua kali lebih keras. Terutama bagi kita para pelaku usaha, entah skala makro atau mikro (UMKM). Pandemi membawa tantangan tersendiri. Harus lebih kreatif. Harus lebih sabar.Â
Terkadang otak pun jadi ikut panas karena berpikir lebih keras. Berpikir bagaimana menarik pelanggan, berpikir bagaimana supaya usaha bisa bertahan.Â
Berpikir supaya usaha ini tetap bisa menghidupi. Semua kita lakukan demi menjaga usaha yang telah kita bangun.Â
Bagi para pekerja kantoran, kita mungkin juga sama. Dituntut bekerja lebih giat supaya perusahaan membaik.Â
Perbaikan kondisi perusahaan butuh dukungan dari semua pihak. Pun tak hanya usaha keras, namun juga kesabaran dan ketabahan. Yang biasanya naik gaji tiap tahun terpaksa tahun ini tertunda. Yang biasanya bonus turun, terpaksa harus tabah karena keran keuangan perusahaan yang sedang seret. Akibatnya para pegawai harus bekerja lebih keras, tetapi dari segi penghargaan malah mengalami penurunan. Setidaknya inilah yang saya alami.Â
Ups, jadi curhat! Bila Anda pun mengalami hal yang sama, tenang... Anda tidak sendirian. Banyak yang mengalami seperti yang kita alami.Â
Mengeluh? sesekali boleh. Namanya juga manusia. Tapi jangan keterusan. Mengeluh sekali, bersyukur dua kali. Tetap naikkan syukur karena kita masih berkesempatan untuk tetap berkarya ditengah kondisi PHK yang telah masif terjadi.
Nah, bagi kita yang telah berusaha sedemikian keras hingga waktu ini, tak ada salahnya untuk undur diri sejenak, menepi dari segala aktivitas kerja yang menyita waktu dan tenaga untuk sementara waktu.Â
Meninggalkan hiruk-pikuk persoalan kerja yang kita hadapi sehari-hari. Tujuannya untuk memberikan kesempatan bagi diri sendiri untuk refresh. Refresh itu juga berarti memberikan penghargaan bagi diri sendiri.Â
Penghargaan untuk apa? Penghargaan untuk semua hal yang telah kita lewati sampai sejauh ini.Â
Lah, tapi saya belum sukses mas.Malah kemarin-kemarin kondisinya berat. Bisnis nggak untung malah buntung.
Tak apa, manusia itu butuh istirahat. Tak masalah bila memutuskan untuk undur diri sejenak demi tujuan yang lebih besar.Â
Mengapa harus undur diri sejenak? ya itu tadi, karena orang bekerja itu butuh refreshing. Mengapa refreshing? Ini alasannya:
1. Karena setiap orang butuh istirahat
Setiap orang butuh menepi dari segala aktivitas lalu rehat sejenak. Manusia bukanlah robot yang badan dan pikirannya bisa terus dipaksa kerja.Â
Tujuan orang beristirahat adalah untuk mengembalikan tenaga dan konsentrasi untuk siap bekerja kembali.
2. Karena semua orang butuh menghargai dirinya sendiri
Siapa lagi kalau bukan kita yang memberikan penghargaan pada diri sendiri? Mau nunggu perusahaan ngadain family gathering atau liburan keluar negeri?Â
Halah, kelamaan.. yang ada malah nggak terjadi. Jadi daripada ngambek, lebih baik cuti. Pergilah berlibur. Mari ucapkan terima kasih pada raga dan otak yang telah bekerja sedemikian keras.
3. Menjaga kesehatan fisik dan mental
Kesehatan perlu dijaga, bagaimana mau bekerja bila tubuh sakit? Makanya kita perlu mengerti sejauh mana kekuatan fisik dan mental kita dalam menghadapi pekerjaan. Yang tahu seberapa jauh saya kuat ya saya sendiri, bukan orang lain. Kira-kira demikian. Jangan memaksakan diri bila kita tahu risikonya.
4. Menjaga kehangatan hubungan dengan orang terkasih
Bukan hanya pekerjaan saja, orang-orang terkasih kita juga butuh waktu dari kita. Jangan sampai pekerjaan menjadi semacam sekat yang menghalangi waktu untuk bermain dengan anak atau quality time bersama pasangan.
5. Mendapatkan inspirasi demi tujuan yang lebih besar
Terkadang orang perlu mencari suasana yang nyaman supaya dapat berpikir lebih jernih. Orang perlu mencari suasana teduh dalam membuat perencanaan dan strategi. Orang bisa lebih mudah mendapatkan inspirasi ketika berpikir dalam suasana yang bersahabat bagi dirinya.
--
Jadi, jangan tunggu sampai stres dulu baru rehat ya. Kalau sudah terlambat tak apa, mari mulai dari awal. Sudah saatnya kita memberikan penghargaan bagi diri sendiri.Â
Undur diri sejenak, ambil waktu untuk menepi. Lakukan aktivitas kegemaran. Lalu siap memulai aktivitas kembali dengan fisik dan pikiran yang lebih bugar. Kalau sudah begini, bisa gass lagi. Siap melangkah demi tujuan atau target yang lebih besar.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H