Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setangkai Cinta dan Penghargaan untuk Opa dan Oma Tjiptadinata

7 Januari 2021   11:59 Diperbarui: 7 Januari 2021   12:28 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opa dan Oma Tjiptadinata. Sumber gambar: dok. Tjiptadinata di Kompasiana.com

Saya adalah penulis baru yang belum lama aktif. Tulisan saya bahkan belum sampai menyentuh angka 200 artikel. Sangat sedikit dibanding para sahabat Kompasianer yang sudah malang-melintang dijagad perkompasianaan. Jujur saja, ketika mulai intens untuk menulis di K, ada rasa nyaman. Level kenyamanan ini bahkan begitu tinggi. Sambutan dari para sahabat begitu hangat. 

Saya, yang bukan dari latar belakang penulis diterima dengan penuh keterbukaan. Walaupun terkadang saya sendiri merasa tulisan saya kurang bagus, tetapi tidak pernah saya mendapatkan ejekan dari para sahabat. Beda halnya ketika artikel itu dipampang di media sosial yang dapat diakses semua kalangan.

Ketika saya memulai menulis lembaran demi lembaran di K, ada kesan kuat yang saya peroleh dari sosok yang amat senior. Sosok yang saya maksud tidak lain dan tidak bukan adalah pasangan Opa dan Oma Tjiptadinata Effendi. 

Saya pikir tidak hanya saya, namun banyak juga dari para sahabat kompasianer yang telah memberikan testiomoni merasakan hangatnya sapaan dari kedua beliau. Sapaan selamat pagi, selamat sore, selamat malam itu adalah sapaan persahabatan. Sapaan itu adalah modal untuk memulai persaudaraan. 

Setelah memulai kemudian mempererat tali persaudaraan tersebut dengan berbagi kisah hidup lewat artikel. Lewat berbagi dan saling menanggapi artikel, komunikasi tercipta. Meskipun saya orang baru yang masih minim pengalaman, saya kemudian merasa bahwa saya diterima sebagai sebuah keluarga. Seperti sudah mengenal lama. Sedangkan aktualnya baru berjumpa. Itupun hanya lewat tulisan. 

Saya sesungguhnya tidak peduli apakah tulisan saya benar-benar dibaca atau tidak oleh kedua beliau. Mendapatkan sapaan hangat dari kedua beliau saja sudah membuat saya merasa terhormat. Sapaan itu pun sesungguhnya sudah merupakan sebuah hal yang layak diapresiasi.

Berikut ini saya mencoba menuliskan 7 (tujuh)  inspirasi dan teladan dari Opa dan Oma Tjiptadinata Effendi untuk kita semua.

1. Semangat

Kita bisa melihat walaupun sudah diusia tua (78 tahun) kedua beliau masih banyak terjun dalam berbagai kegiatan. Beliau masih sangat aktif juga menulis di K. Tidak hanya menulis, namun juga menyapa kita para kompasianer. Saya saja tidak seaktif kedua beliau mengunjungi setiap artikel.

2. Konsistensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun