Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia adalah Ketika Membuat Orang Lain Tersenyum

31 Desember 2020   12:59 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:34 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bahagia. Gambar: pixabay | free-photos

Kebahagiaan ialah ketika kita dapat membuat orang lain tersenyum. Tidak harus dengan hal-hal yang luar biasa. Tidak dengan barang-barang mewah. 

Berbagi hal-hal sederhana pun ketika itu bisa membuat orang lain senang, itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Kadang-kadang hal kecil yang dapat kita lakukan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan, itu merupakan hal yang luar biasa untuk orang lain. Saya terpikirkan untuk berbagi pengalaman hidup. Ada 2 (dua) kisah yang ingin saya bagikan.

Kisah #1

Suatu ketika seorang staf menghampiri saya. Ia bercerita bahwa beberapa waktu yang lalu adiknya lulus dari STM jurusan kelistrikan. Sudah mencoba mencari kerja kemana-mana, namun hasilnya nihil. 

Lamaran itu sepertinya kurang menarik minat perusahaan pemberi kerja. Ada yang tidak dipanggil sama sekali. Ada yang dipanggil, namun begitu masuk tes pertama setelah itu tidak dipanggil lagi. Mendengar cerita dari staf saya tersebut, terketuk hati saya untuk coba membantu. 

Secara diam-diam, tanpa sepengetahuannya saya coba menanyakan ke bagian HRD apakah ada kebutuhan di bagian lain. Ternyata ada. Di bagian teknik membutuhkan teknisi untuk wiring. Bingo! Ini mungkin sudah rezeki adik staf saya tersebut. 

Segera saya panggil staf saya, lalu meminta padanya besok pagi berkas lamaran adiknya sudah harus saya terima. Saya yang akan menyerahkan ke HRD. Singkat cerita, adiknya dipanggil untuk interview kerja. Karena kebetulan saya kenal dengan user-nya, saya sempat ajak ngobrol dengan setengah "promosi" bahwa anak ini berpotensi dan rajin. Dan benar, akhirnya ia pun diterima kerja. Itu adalah pekerjaan pertamanya selepas masa sekolah.

Seminggu kemudian, kakaknya (staf saya ) tadi datang kerumah bersama dengan sang adik. Ia terlihat amat bahagia. Ia bercerita, ibunya jadi sehat kembali. Badannya terlihat segar kembali. Rupanya selama ini sang ibu selalu terpikirkan anaknya yang tak kunjung mendapatkan pekerjaan hingga sakit-sakitan. Ibunya menitipkan pesan terimakasih pada saya. 

Hari itu saya ingat, saya dibawakan bermacam-macam makanan dan buah-buahan. Ketika hendak pulang, sempat ia menyodorkan amplop berisi uang. Namun saya tolak. Saya hanya berpesan pada adiknya, tunjukkan kinerja yang baik. Kerja yang rajin dan jaga etika kerja. Karena ia membawa nama baik saya dalam bekerja. Tolong dijaga. Puji Tuhan, sekarang sudah 8 tahun ia bekerja disana dan selalu menunjukkan kinerja yang baik. Meskipun saya sudah tidak disana lagi karena pindah kerja.

Respon staf saya dan keluarganya sungguh sangat membahagiakan bagi saya. Saya tidak bisa menyantuni materi. Saya hanya membantu sejauh yang saya bisa lakukan. Takpernah mengira, hal sederhana (menurut saya) yang saya lakukan bisa berdampak sangat besar bagi orang lain. Sesungguhnya tidak sulit bagi saya merekomendasikan orang lain ketika ada peluang kerja di perusahaan. Tetapi bagi orang lain, itu seperti memberi air segar ditengah padang gurun. Bagi orang lain, hal sederhana itu adalah hidup. 

Kisah #2

Saya selalu terenyuh ketika hendak bercerita mengenai almarhum ibu. Pada tahun 2014, 2 tahun sebelum dipanggil Tuhan, ibu kembali masuk rumah sakit karena diabetes yang dideritanya. Saat itu posisi saya bekerja di Batam, Kepulauan Riau. Tempat yang secara jarak tentu terbilang jauh dari Solo, Jawa Tengah. Tempat orang tua saya tinggal. Saya belum lama berada disana. 

Waktu itu kondisi ibu sangat memprihatinkan. Beliau sakit keras. Sementara keputusan untuk pulang bagi saya bukan merupakan keputusan yang mudah. Selain biaya yang tinggi, juga waktu. Saat itu belum ada penerbangan langsung Batam-Solo. Belum lagi ijin pulang ke atasan bukan perkara mudah. Namun keinginan hati tidak bisa ditahan. Saya sudah kepikiran kemana-mana (sampai kemungkinan terburuk) karena mendengar kondisi ibu. 

Awalnya saya mengatakan saya tidak bisa pulang. Tetapi kemudian dalam hati saya bilang bahwa saya harus pulang. Apapun resikonya. Supaya kepulangan saya berdampak besar, saya menyiapkan kejutan bagi ibu. Saya tidak mengatakan pada ibu maupun keluarga bahwa saya akan pulang. Diam-diam saya memesan tiket pesawat. Saya pun pulang. Pesawat membawa saya tiba di bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Dari sana langsung berganti naik kereta prameks ke Solo. 

Dari stasiun Solo Balapan masih naik bus lagi. Turun dari bus masih jalan kaki kerumah kira-kira 700 meter. Jika saya mengatakan bahwa saya pulang biasanya bapak akan menjemput di stasiun Solo Balapan. Tapi tak apa, saya memang sudah bertekad membuat kejutan. 

Saat itu, sehari sebelumnya ibu sudah pulang kerumah setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Ketika sudah dekat kira-kira 50 meter dari rumah, bapak yang sedang beraktivitas di depan rumah melihat saya berjalan kaki. Bapak yang terperangah kaget melihat saya pulang langsung berseru pada ibu yang berada didalam rumah, 

"Bu, iki lho ono tamu agung" (Bu, ini ada tamu agung).

Ibu masih bertanya-tanya siapa yang datang sampai air matanya pecah ketika saya masuk rumah. Rupanya anak yang ditunggu-tunggu pulang. Kami berpelukan lama sekali. 

"Kowe mulih niliki aku to Le.." (kamu pulang menjengukku ya nak..) kata ibu sambil terisak. Seminggu saya berada dirumah lalu saya kembali ke Batam. Kejutan saya berhasil. Ibu lalu sehat kembali. Kepulangan saya mempercepat proses penyembuhannya. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan untuk hal itu.

Dua kisah yang saya bagikan diatas adalah kisah tentang berbagi kebahagiaan. Semua orang pasti ingin bahagia. Dan semua orang pasti ingin membahagiakan orang terkasih. Orang tua, saudara, pasangan, suami, istri, dan anak. Kita berusaha membuat orang lain bahagia semampu kita. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki. Meski terkadang respon yang kita terima mungkin tidak sesuai harapan. Tak apa, setidaknya kita sudah berusaha untuk melakukan kebaikan bagi orang lain.

Kembali ke judul, salah satu definisi kebahagiaan menurut saya adalah ketika bisa membuat orang lain tersenyum. Terutama keluarga. Mari saling mewujudkan kebahagiaan. Agar kedamaian tercipta dalam kehidupan. Dipenghujung tahun ini mari berefleksi seberapa sering kita membuat orang lain tersenyum. Ataukah sebaliknya, banyak orang yang menangis sendu karena tingkah langkah kita. Semoga tahun depan lebih baik.

Salam Bahagia..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun