Artikel ini saya persembahkan kepada istri saya. Dialah orang yang meracuni saya untuk menonton drama Korea. Awalnya saya tidak tertarik. Saya lebih tertarik dengan film-film Hollywood. Namun setelah menonton beberapa film, harus saya akui bahwa saya terhibur menonton drama-drama Korea.Â
Saya tidak akan segan memuji bahwa banyak drama Korea yang berkualitas. Padahal dulu saya mungkin seperti kebanyakan orang lainnya, cenderung apatis dan tidak tertarik dengan drama korea.Â
Istri saya memang maniak sedari dulu, sedari SMA mungkin. Sudah puluhan atau mungkin ratusan drama yang sudah dia tonton. Nama-nama artisnya juga sudah nampak sangat familiar baginya.Â
Sampai-sampai kalau saya lagi diajakin ngobrol membicarakan artis Korea, saya bingung yang mana orangnya. Karena nama-nama Korea itu mirip-mirip semua. Dan tidak bisa dibedakan mana nama wanita dan nama pria.
Oke, saya akan masuk ke poin tulisan saya. Sebelumnya saya bukan bermaksud untuk membandingkan film-film Korea dengan film tanah air, walaupun nanti secara tak sengaja akan terbandingkan dengan sendirinya. Saya juga menyukai film-film Indonesia.Â
Banyak film-film Indonesia yang menarik seperti Pengabdi Setan, Filosofi Kopi, Ada Apa Dengan Cinta, My Stupid Boss, dan masih banyak lagi. Aktor dan aktris yang berkualitas juga banyak macam Reza Rahadian, Dian Sastro, Nicholas Saputra, dan lain-lain. Tetapi membicarakan drama Korea mungkin lebih cocok disandingkan dengan sinetron bila di Indonesia.Â
Apakah drama Korea itu menarik? Saya akan jawab dengan tegas "YA". Yang menarik, banyak artis Indonesia yang mulai terkena demam drama Korea (Drakor).Â
Selama Work From Home (WFH) kemarin muncul berita pasangan Anang-Ashanty dan Baby Romeo-Meisya Siregar yang menonton drama Korea Itaewon Class. Lalu dimana sisi menariknya dan apa yang membuatnya menarik? Mari kita lihat.
1. Biaya Produksi drama Korea
Saya mengambil contoh beberapa drama saja. Vagabond, drama bergenre action yang menghabiskan biaya 25 miliar won (Setara 300 miliar rupiah). Saimdang, drama dengan bujet 22,5 miliar won (267 miliar rupiah). Dan Arthdal Chronicles 54 miliar won (640 miliar rupiah).Â