Mohon tunggu...
Febby Alfian Wahyu
Febby Alfian Wahyu Mohon Tunggu... -

Seorang yang berbeda dari perempuan lain, ingin menjadi yang lebih baik dan selalu ingin berkembang, saya berbeda, saya tak sama, tapi saya ada, untuk menjadi bagian dari kalian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahkan Seorang Seperti Aku Masih Ia Sayangi...

28 Oktober 2016   15:20 Diperbarui: 28 Oktober 2016   15:26 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku dibesarkan dari lingkungan keluarga yang baik. Masa kecil yang tercukupi walaupun bukan dari keluarga yang kaya. Ayah dan ibumu selalu menanamkan pentingnya sebuah pendidikan. Hingga kami bertiga tumbuh menjadi anak yang lumayan dalam prestasi. Kakaknya seorang sarjana ekonomi, dan bekerja disebuah kantor pajak didaerah ibukota. 

Aku seorang lulusan D3 Akuntansi bisnis dari sebuah perguruan tinggi swasta dikotaku. Bukan hanya pendidikan yang menempaku dan membuatku banyak pengetahuan. Tapi pengalaman hidup dan kesulitan yang menempaku menjadi seperti saat ini. Ya, menjadi seorang lesbian membawaku masuk untuk menikmati kerasnya kehidupan yang sebenarnya. 

Aku sempat bekerja disebuah perusahaan distributor oli dijakarta, dengan gaji yang lumayan besar untuk ukuran anak yang baru lulus kuliah. Dua juta rupiah tanpa pengeluaran untuk kost dan makan. Selama 5 bulan aku tinggal dimes yang ketat. Hanya hari minggu aku bisa keluar. Dan hari minggu itu aku gunakan untuk menemui kekasih perempuanku. Menikmati dunia malam dan hingar bingar keriuhan ibukota.

Hubunganku dan Nanda berjalan 4 tahun, dan berakhir karena dia harus kembali dengan suaminya, sejak saat itu kehidupanku mulai goyah. Hatiku merasa tersakiti, aku mencari perempuan lain untuk menjadi obat sakit hatiku, Mini, Dhea, Melly, dan banyak lagi perempuan yang hadir dalam kehidupanku. Dan kesemuanya berakhir karena orang ketiga dan pengkhianatan. Apa yang kudapat? Sakit hati dan mencari pelarian dari rasa kecewaku.

Langkahku membawaku bertemu dengan seorang perempuan, chika. Aku memutuskan untuk pergi ke Medan tinggal bersamanya. Tinggal bersama keluarganya dalam hubungan terlarang kami. Saat aku berangkat hati kecilku berfikir, bagaimana dengan keluargaku, bila aku pergi sejauh ini. Aku lahir disurabaya, dan Kejakarta untuk bekerja. Sekarang harus ke Medan untuk mengejar cinta, yang sepatutnya sangat tidak pantas. Ada sepucuk surat yang ku tinggalkan untuknya. Sebelum aku berangkat kerja. Dan isi suratnya pun aku sudah lupa.

Suatu ketika surat itu terbaca oleh orang tuanya. Untuk menutupi hubungan Chika selingkuh sama laki laki. Walaupun aku seorang L namun aku tidak pernah meninggalkan solat. Dan aku selalu berdoa disetiap selesai sujudku. Untuk Allah berikan yang terbaik bagi kehidupanku. Mungkin sepucuk surat itu adalah jawaban. Hal yang tidak pernah kubayangkan akan menjadi alasan perpisahan kita.

Aku memutuskan untuk pulang ke Surabaya dengan satu niatan. Bertaubat dan mengabdikan diri kepada kedua orang tuaku. Apapun keadaannya aku tetap akan bersama dan menjaga kedua orang tuaku. Aku mulai berhijab. Dan bekerja disalah satu perusahaan swasta diSurabaya. Tidak banyak memang gaji yang aku dapatkan. Namun lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhanku dikota kecil ini.

Kini aku menikah dengan seoarng pria yang baik, yang lama sudah ku kenal. Dia cukup sabar menghadapiku. Karena dia tahu aku dulu seorang lesbian yang sulit menerima laki laki. Kini aku sangat menyuskuri kehidupanku dan keluarga kecilku diusia 29 tahun.

Allah memang selalu memberikan kepada hambanya apa yang terbaik, bukan yang diinginkan, tapi yang dibutuhkan. Tidak henti – hentinya rasa syukur itu kuucapkan. Dalam setiap sujud dan doaku. Manusia yang teramat menjijikan sepertikupun, Allah masih sangat menyayangiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun