Mohon tunggu...
Alfian Syarif Hidayatullah
Alfian Syarif Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dibuat hanya untuk memenuhi tugas kuliah jurnalistik

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, NIM: 20107030077, hobi: menjelajah ilmu pengetahuan Tuhan yang tak terbatas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dilanda Pandemi, Wingko Babat Tetap Produksi

28 Juni 2021   19:07 Diperbarui: 28 Juni 2021   19:23 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman depan toko (dokpri)

Nama usaha ini akhirnya berubah menjadi Wingko Kelapa Gading. Kata Gading di ambil dari nama anak Ibu Amat pendiri usaha ini.

Pemasaran dari produksi wingko ini dulunya hanya dititipkan di toko-toko yang tersebar di daerah Jogja. Namun setelah melihat banyak resiko dan kurang efektinya cara tersebut, sekarang pemasaran dilakukan di rumah produksi. Kini, produk Wingko Kelapa Gading ini telah tersebar di berbagai kota di Indonesia bahkan luar negeri. 

Beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan sudah pernah menjadi pelanggan produk makanan tradisional ini. "Yang di Hong Kong itu setiap hari rabu dikirim dari sini." Ujar Ibu Amat ketika saya temui di kediaman beliau. 

Kini kita bisa membeli langsung ke toko, atau jika ingin lebih mudah kita bisa memesan Wingko Kelapa Gading lewat aplikasi Instagram, dan GoSend.

Produk Wingko Kelapa Gading (dokpri)
Produk Wingko Kelapa Gading (dokpri)

Ketika pandemi Covid-19 melanda, usaha Wingko Kelapa Gading ikut terdampak. Persebaran virus membuat pelanggan menjadi berkurang. Pemesanan yang berkurang berakibat pada omzet yang mengalami penurunan secara signifikan hingga mencapai 50%. 

Sebelum pandemi melanda, omzet kotor setiap harinya bisa mencapai 10 juta rupiah per hari, namun ketika pandemi melanda omzet kotor perhari hanya mencapai 5 sampai 6 juta rupiah. Karyawan yang sebelumnya berjumlah 16 orang, pada masa awal persebaran Covid-19 hanya menyisakan 4 orang karyawan. Tentunya untuk melewati keadaan sulit seperti ini bukanlah hal yang mudah. 

Namun Ibu Amat bersama suami dan anaknya tetap berusaha menghidupi usaha Wingko Kelapa Gading ini. Meski karyawan yang tersisa sangat sedikit namun proses produksi wingko tetap tidak terhenti. 

Produksi wingko ini tetap dijalankan oleh Ibu Amat dibantu anak dan suaminya serta beberapa karyawan yang masih tersisa. Meski keadaan demikian sulit, rupanya Ibu Amat tidak menaikkan harga jual wingkonya, beliau juga tidak mengurangi rasa, kualitas serta ukuran wingkonya.

Ketika memasuki era New normal perlahan usaha ini kembali menemui titik terang. Secara bertahap, satu demi satu karyawan yang sebelumnya dirumahkan, kembali mendapatkan pekerjaanya. 

Tentunya dengan menerapkan protokol Covid-19 dengan memakai masker, selalu mencuci tangan, serta menjaga jarak untuk mencegah penuaran Covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun