Mohon tunggu...
Alfian Rizki Pratama
Alfian Rizki Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang kadang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengembangan Produk Alsintan, Sudah Sesuaikah dengan Kebutuhan Petani ?

26 Juni 2021   12:13 Diperbarui: 26 Juni 2021   12:36 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional, keberlangsungan pertanian dimasa sekarang dan masa yang akan datang membutuhkan dukungan mekanisasi pertanian sejalan dengan transformasi perekonomian yang sedang terjadi. Secara konseptual, mekanisasi pertanian adalah proses pengenalan dan penggunaan bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada yang mengartikan bahwa saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pascapanen bukan hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotic.

Penggunaan mesin pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani, meningkatkan mutu dan nilai tambah produk, serta pemberdayaan petani. Mekanisasi pertanian telah dikenal di Indonesia mulai era tahun 50-an, implementasi dari kurun waktu tersebut hingga saat ini diperoleh suatu pembelajaran bahwa penerapan alat dan mesin pertanian sebagai wujud fisik mekanisasi pertanian cenderung memunculkan premature mechanization jika sistem pengembangannya tidak memperhatikan aspek-aspek teknis, ekonomis, infrastruktur, dan kelembagaan sosial budaya setempat. Konsekuensi dari premature mechanization tersebut tidak hanya akan menjadi beban bagi sistem usaha tani, dan masyarakat, tetapi juga pemerintah yang sudah memberikan investasi yang cukup besar.

Pengembangan mekanisasi pertanian di suatu wilayah harus mempertimbangkan banyak faktor secara holistik, bukan hanya faktor teknis tetapi juga sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan. Gagalnya proses pemberdayaan petani melalui penerapan mekanisasi pertanian disebabkan tidak adanya proses identifikasi masalah atas kendala kritis yang ada, tidak adanya pemilihan alternatif yang tepat berdasarkan hasil indentifikasi, tidak adanya implementasi metode terpilih untuk menyelesaikan masalah serta mengamati proses pembelajaran yang terjadi mulai saat identifikasi sampai berjalannya implementasi di lapangan dengan baik. Akibatnya, banyak program pengembangan mekanisasi pertanian melalui kegiatan pembantuan pemerintah justru memunculkan fenomena premature mechanization.

Perkembangan alsintan di suatu wilayah berkaitan dengan kualitas kerja teknologi yang digunakan, tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena karakteristik wilayah pertanian yang berbeda di masing-masing daerah. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, baru selanjutnya diterapkan ke dalam suatu sistem pertanian daerah tertentu. Secara umum alasan tidak diadopsinya teknologi mekanisasi tersebut adalah tidak sesuai dengan kondisi fisik serta lingkungan usahatani. Penyebab lain yang mengakibatkan teknologi tidak diterima dengan baik di suatu wilayah antara lain: Inovasi merespons pada masalah yang keliru sehingga petani kurang merespons teknologi yang ditawarkan karena tidak sesuai dengan kebutuhan petani, inovasi tidak bekerja sebagaimana seharusnya serta inovasi terlampau mahal bagi petani.

Teknologi termasuk mekanisasi pertanian adalah sebuah aset netral dalam pembangunan ekonomi. Seorang penulis dalam bukunya mengatakan, bahwa technology is a dream for the poor, game for the rich and tools for policy makers. Makna dari ungkapan tersebut sangat berarti bagi penyelenggaraan pembangunan pertanian yang tujuannya adalah kesejahteraan petani. Untuk golongan miskin, teknologi produksi (alsintan) merupakan hak yang harus diperjuangkan dan dicapai dengan susah payah, terutama jika harus memberikan jaminan untuk harga sebuah traktor atau pompa air. Namun bagi golongan kaya, seberapa pun jika hal tersebut memang merupakan sesuatu yang dianggap murah akan dengan mudah membelinya, investasi bukan hal yang berat bagi golongan ini. Kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara adalah mengusahakan agar teknologi bisa digunakan oleh semua kalangan petani untuk mewujudkan kesejahteraan nasional.

Pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian perlu mengambil peran yang lebih banyak dalam implementasi pengembangan alsintan melalui: seleksi alat dan mesin pertanian, agar sasaran sistem usahatani yang dituju benar-benar tepat dan berhasil, memberikan rekomendasi melalui kajian teknis dan kajian operasional yang fokus pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pengembangan mekanisasi melalui bantuan alsintan, mengarahkan bantuan alsintan pada pengembangan usahatani jangka panjang sehingga perlu dipersiapkan dengan sistem perencanaan yang lebih baik, terarah dan dilakukan dengan pendampingan yang intensif, sebagai suatu kerangka sistem pengembangan mekanisasi harus berkelanjutan, perlu mengembangkan terobosan-terobosan pengelolaan alsintan di tingkat petani berbasis kewirausahaan, manajemen pengetahuan, dan membangun jejaring antar stakeholders yang terlibat.

Mekanisasi pertanian sebagai bentuk teknologi dalam pengembangannya di masa depan harus memperhatikan tantangan sebagai pendukung pencapaian pemenuhan kebutuhan akan pangan. Sebagai bentuk teknologi yang bertujuan untuk melakukan efisiensi kerja, keberhasilannya sangat ditentukan oleh manusia sebagai operator dan pengelola, maka dalam pengembangannya harus menggunakan pilihan selektif strategis yang ditentukan oleh kondisi demografi, tipologi agroekosistem, dukungan teknologi, dan cara pengelolaan yang berorientasi pada agribisnis. Pengembangan mekanisasi pertanian memiliki urgensi penting dalam pembangunan pertanian dengan pertimbangan sebagai respons atas semakin meningkatnya kebutuhan dan diversifikasi produksi pertanian, perlunya peningkatan efisiensi, nilai tambah, diversifikasi produk, dan daya saing komoditas pertanian, sebagai upaya mengatasi semakin enggannya generasi muda dan langkanya tenaga kerja di bidang pertanian serta perlunya dukungan terhadap penanganan dampak perubahan iklim di bidang pertanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun