Mohon tunggu...
Alfian WahyuNugroho
Alfian WahyuNugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendapat Pribadi Terkait Penggunaan Bahasa Nonformal dalam Presentasi Kuliah

29 April 2024   20:18 Diperbarui: 29 April 2024   20:31 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia perkuliahan, presentasi adalah kegiatan wajib yang dilakukan mahasiswa. Presentasi merupakan kegiatan berbicara di hadapan banyak orang yang merupakan salah satu bentuk komunikasi. 

Presentasi merupakan proses penyampaian suatu informasi yang akan diterima oleh orang yang mendengarkannya, maka aspek bahasa sangat diperhatikan. Efektifnya suatu presentasi ditentukan tidak hanya dari segi penyampainnya, namun dari segi bahasa yang digunakan. 

Pada dasarnya presentasi dalam perkuliahan merupakan kegiatan formal, maka gaya bahasa dan pemilihan diksi harus menggunakan bahasa yang baku. Namun, pada kenyataannya banyak mahasiswa yang melakukan presentasi dengan bahasa yang nonformal, santai bahkan menggunakan bahasa slang.

Dalam masalah ini, sering terjadi pro dan kontra, karena banyak yang berpendapat bahwa, dapat dikatakan presentasi yang baik apabila presentasi tersebut menarik audiens tanpa memperhatikan segi bahasa. Hal ini tentu saja tidak tepat, karena kategori menarik audiens dalam presentasi biasanya dilakukan dengan bercanda dan cenderung tidak serius sehingga informasi yang ingin dipresentasikan terkadang tidak sampai.

Presentasi yang menarik juga disampaikan dengan bahasa yang tidak formal, bahkan dalam perkenalan dan juga penyampaiannya banyak menggunakan kata-kata yang nonformal, seperti "gue", "elo", "pada" dan lain sebagainya. 

Banyak contoh penggunaan bahasa nonformal yang sering terjadi dalam presentasi, contohnya saat memberikan pendapat para tokoh, tokoh yang disinggung menggunakan kata "dia" bukan "beliau", contoh kalimatnya : "Nih yang dia bilang "cogito ergo sum" yang aritinya "aku berpikir maka aku ada"." Apabila kita menggunakan bahasa formal, maka yang seharusnya kita katakana adalah "Beliau mengatakan "cogito ergo sum" yang berarti "aku berpikir maka aku ada"."

Maka dari itu, lebih dianjurkan dalam melakukan presentasi di depan kelas dengan menggunakan bahasa yang lebih formal agar penyampaian informasi lebih baik dan sesuai dengan aturan EYD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun