Bandung, 26 November 2024 - Sebuah kisah pencurian motor yang memilukan terungkap di lingkungan mahasiswa, menggambarkan rentannya keamanan di wilayah pemukiman akademisi. Kasus yang dialami Muhammad Azfa Raihan Sya'bani, mahasiswa Sastra Arab Universitas Islam Negeri, membuka pertanyaan serius tentang profesionalisme penanganan kejahatan oleh aparat kepolisian.
Kronologi peristiwa bermula pada malam Selasa hingga Rabu dini hari, tepatnya tanggal 8 Oktober 2024, di kosan temannya yang bernama Rizki dan Muiz di Gang Pesantren, Desa Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Azfa sedang mengerjakan tugas kuliah bersama lima temannya - Rizki, Muiz, dan dua rekan lainnya - hingga pukul 02.00 subuh. Setelah itu, ia memutuskan untuk beristirahat di tempat tidurnya.
"Malam itu, tepatnya Selasa malam menjelang Rabu tanggal 8 Oktober, saya sedang mengerjakan tugas kuliah di kosan temen saya yang bernama Rizki dan Muiz bersama tiga teman lainnya. Kami begadang hingga pukul 02.00 subuh. Setelahnya, saya memutuskan untuk tidur," tutur Azfa dengan nada getir.
Pukul 05.00 pagi, Rizki Emha membangunkan Azfa dengan kabar mengejutkan: sepeda motor miliknya yang terparkir di depan kos raib dicuri. Kondisi lokasi saat itu masih terang, dengan pencahayaan yang cukup jelas. Ironisnya, wilayah tersebut masih dalam pengawasan ronda masyarakat yang berakhir pada pukul 03.00 dini hari.
Rekaman CCTV yang berhasil diamankan korban menunjukkan modus pencurian yang terjadi tepat pukul 04.18 dini hari. Sepeda motor Sonic dengan nomor polisi D 2317 VCZ milik Azfa diambil secara sistematis, tanpa menimbulkan keributan yang mencolok. Keterangan dari tokoh masyarakat setempat, seorang Ketua RW yang hendak ke masjid, bahkan sempat mengonfirmasi bahwa kendaraan tersebut masih ada di tempatnya sekitar pukul 04.00 pagi.
"Pukul 05.00 pagi, Rizki Emha membangunkan saya dengan kabar yang mengejutkan. Motorku hilang! Saat itu, saya langsung panik dan segera mencari rekaman CCTV terdekat," sambungnya
Segera setelah kejadian, korban langsung melaporkan peristiwa pencurian ini ke kepolisian setempat, dilengkapi dengan bukti rekaman CCTV yang sangat jelas. Namun, hingga hari ini - tepatnya 26 November 2024 - belasan hari sejak pelaporan, tidak ada kejelasan proses hukum yang konkret.
Pertanyaan mendasar pun muncul: mengapa aparat kepolisian tampak begitu lamban dalam menindaklanjuti kasus yang bukti-buktinya sangat kuat? Rekaman CCTV yang ada seharusnya menjadi petunjuk awal yang sangat signifikan dalam mengungkap identitas pelaku.
Kasus ini bukan sekadar kehilangan sepeda motor, melainkan cermin dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem keamanan dan penegakan hukum. Seorang mahasiswa yang sedang fokus mengembangkan intelektualitas harus kehilangan aset pribadinya, sementara aparat yang dibayar dengan uang rakyat terkesan tidak serius dalam menjalankan tugas.
Sampai kapan kejaharan akan terus berlindung di balik kelemahan sistem?