Mohon tunggu...
alfi aflahalmuflih
alfi aflahalmuflih Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

our true nationality is mankind

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Alasan Kenapa Pasar Tradisional Masih Eksis Sampai Hari Ini

9 Januari 2023   09:55 Diperbarui: 9 Januari 2023   13:42 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak kita sadari dalam kehidupan sehari-hari bahwa kita sebagai masyarakat tidak bisa lepas dari masalah jual beli kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tepat ketika kita memenuhi kebutuhan dasar, kita pasti ingat kata pasar. Pasar adalah tempat bertemunya para pedagang dan pembeli, dimana bisnis dilakukan dengan membeli atau menjual barang dan jasa yang kita butuhkan.

Menurut sejarahnya, pasar tradisional sudah ada sejak zaman Kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke-5 Masehi. Akan tetapi, sistem jual beli barang yang dibentuk oleh pasar pada saat itu tetap menggunakan metode pertukaran, yaitu. suatu sistem dimana barang dipertukarkan antar barang menjadi. 

Seiring waktu, transaksi yang dulu diselesaikan melalui barter kini beralih menggunakan mata uang untuk membeli barang. Pasar tradisional merupakan bagian penting dalam menunjang dan memajukan perekonomian masyarakat, karena masyarakat dapat memanfaatkan hasil pertaniannya, seperti sayuran, ikan dan buah-buahan, untuk produksi dan pemasaran.

Apalagi peran pasar tradisional adalah untuk mendukung angka pengangguran di Indonesia, sehingga masyarakat dapat terus berbisnis untuk mencari nafkah.
Pasar Tradisional yang khas dengan keramahan dan kehangatan melalui interaksi antara penjual dan pembeli sudah menjadi budaya di pasar tradisional. 

Karena hanya di pasar tradisional kita bisa berinteraksi langsung dengan penjual. Tak heran jika kita bisa berbangga ketika meluluhkan hati penjual dengan cara berbisnis antara pembeli dan penjual.

Karena masih ada barang, produk, sayuran dll di pasar yang diproduksi untuk dipasarkan sendiri oleh penjual. Maka tak heran jika budaya negoisasi masih banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional hingga saat ini.

Namun seperti yang kita ketahui bersama, masyarakat perlahan menolak keberadaan pasar tradisional di zaman modern ini. Kebanyakan orang sekarang telah mengalihkan keinginan mereka ke pasar yang lebih modern untuk mencari kebutuhan dasar. 

Pasar modern yang kita ketahui memiliki banyak keunggulan dan kenyamanan dibandingkan dengan pasar tradisional, mulai dari ruangan yang dingin karena dilengkapi dengan penyejuk ruangan (AC), eskalator yang memudahkan pengunjung berpindah tempat, kebersihan yang baik, Instalasi. label harga, sehingga memudahkan pengunjung untuk mengetahui harga barang tersebut dan berbagai layanan lainnya. Dibandingkan dengan pasar tradisional, manfaat dan fasilitasnya sebanding.

Kita tahu stigma masyarakat terhadap pasar tradisional, bahwa pasar tradisional memiliki tempat yang kotor, becek, kotor dan bau, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di jalan-jalan bahkan pasar tradisional sering melakukan kejahatan. Karena perbedaan stigma tersebut dan juga realita yang ada saat ini, sebagian masyarakat kini enggan untuk kembali ke pasar tradisional.

Faktor lainnya adalah berkurangnya jumlah pengunjung yang disebabkan oleh tingginya kepentingan komunitas itu sendiri. Tak heran jika sebagian keluarga, anak-anak dan remaja kini lebih tertarik mencari kebutuhannya di toko-toko atau pasar-pasar ternama untuk menurunkan gengsinya, orang untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Hal ini pula yang menyebabkan jumlah pengunjung pasar tradisional semakin berkurang dan keberadaan pasar tradisional semakin lama semakin menghilang.

Semuanya berjalan begitu dinamis sehingga pasar tradisional yang dulu menjadi salah satu tujuan utama masyarakat untuk mencari dan memenuhi kebutuhan pokok, kini mulai termakan perkembangan modernitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun