Alfi Amalia Jauhari
Mahasiswa Fakultas EkonomiÂ
Prodi S1 Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Dosen Pengampu : Sri Dewi Wahyundaru
(email : sridewi@unissula.ac.id)
1. Konservatisme Akuntansi
a. Pengertian Konservatisme Akuntansi
LaFond dan Watts (2008) mengemukakan bahwa konsep konservatisme akuntansi adalah suatu prinsip di dalam financial report (laporan keuangan), dimana perusahaan tidak bersegera menaksir dan mengakui aktiva dan laba. Namun, jika terjadi kemungkinan kerugian dan utang akan segera diakui.
Dalam penerapan prinsip konservatisme dalam financial report terdapat pro dan kontra. Watts (2003) mendukung pengaplikasian konservatisme akuntansi, karena mereka meyakini bahwa konservatisme merupakan salah satu hal penting untuk menekan biaya agensi, karena dapat meminimalisir kemungkinan manajer melakukan penyelewengan, seta meningkatkan kualitaas informasi financial report, yang mengakibatkan nilai perusahaan akan meningkat yang mencerminkan dari harga saham yang dimilikinya.Â
Ahmed et al, (2002) dan Sari (2004) juga mendukung konservatisme akuntansi sebab dapat mengurangi polemik yang akan terjadi antara bondholders dan shareholders mengenai kebijakan deviden. Sedangkan Penman dan Zhang (2002) mengkritik pendapat bahwa praktik konservatisme dalam akuntansi dapat menghasilkan laba dengan kualitas tinggi.Â
Mereka menganggap bahwa korelasi konservatisme dan kualitas laba dipengaruhi oleh periode penerapan konservatisme, apabila periode awal menggunakan konservatif laba maka laba pada periode tersebut akan memiliki kualitas tinggi, namun tidak dengan periode yang akan datang.
b. Alasan Penerapan Konservatisme Akuntansi
Hendriksen (1982) dalam Savitri (2016 : 38), berpendapat bahwa alasan konservatisme akuntansi diterapkan adalah :
1. Sikap pesimis dirasa perlu dilakukan untuk mengimbangi sikap optimis yang kemungkinan akan berlebihan dari para stakeholders perusahaan, sehingga dapat menghindari kecenderungan sikap "mengimbuhi" dalam financial report.
2. Penyajian laporan penilaian (valuation) dan laba yang diakui terlampau tinggi (overstatement) cenderung akan membahayakan perusahaan dan para stakeholders, daripada penyajian laporan yang bersifat terlampau rendah (understatement) karena akan dianggap  menyajikan laporan yang tidak benar dan akan beresiko tinggi dalam tuntutan hukum.
3. Seorang akuntan nyatanya lebih mampu mengumpulkan banyak informasi dibandingkan mampu mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pihak penanam modal dan pihak pemberi kredit, yang pada akhirnya akuntan akan dihadapkan 2 (dua) jenis risiko sebagai berikut : laporan yang disajikan tidak valid atau laporan yang tidak disajikan adalah hal yang valid.Â
 Â
2. Konvergensi IFRS
 a. Pengertian Konvergensi IFRS
Menurut KBBI, konvergensi ialah keadaan menuju suatu titik pertemuan. Atau dapat dikatakan bahwa konvergensi merupakan kombinasi dari beberapa hal untuk bertemu dan bersatu dalam satu titik. Sedangkan pengertian IFRS adalah suatu standar akuntansi global yang dikembangkaan oleh International Accounting Standard Board (IASB) dalam penyusunan financial report perusahaan (Warren, et al, 2014).Â
IASB merupakan suatu badan independen yang membuat aturan akuntansi yang dapat diterapkan oleh pelbagai negara dengan maksud mengembangkan standar akuntansi global.Â
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konvergensi IFRS adalah suatu kombinasi atau integrasi standar akuntansi yang ada di berbagai negara untuk diaplikasikan dan disasarkan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu IFRS. Atau juga dapat diartikan bahwa konvergensi ialah suatu proses penyelarasan atau peningkatan kesesuain praktik akuntansi dengan memberlakukan standar tertentu untuk menekan tingkat variabilitas dari praktik akuntansi yang ada.Â
Dalam kontek ini konvergensi IFRS dapat didefinisikan sebagai proses meyeleraskan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) di Indonesia dengan IFRS (Gamayuni, 2009).
Tujuan dilakukannya konvergensi IFRS ialah untuk meningkatkan kualitas financial report di berbagai negara dengan merujuk pada suatu poin dasar yang ekuivalen serta dapat menaikkan arus investasi global melalui financial report yang dapat diperbandingkan antar negara.