Mohon tunggu...
Alfi M Muhamad
Alfi M Muhamad Mohon Tunggu... profesional -

l Journalist l Writer l Culinary Traveler l Member of Komunitas Lini Kreatif l First Generation StandUp Comedian Universitas Diponegoro l Man jadda wa jadda : )

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Lunpia: Cita Rasa Khas dari Gang-Gang Sempit

11 Januari 2012   19:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:01 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lunpia adalah salah satu makanan khas kota Semarang. Warga Semarang juga menyebut makanan ini dengan nama ‘’lumpia’’ atau ‘’loenpia’’.Lunpia adalah hasil kolaborasi kuliner Tionghoa-Jawa yang tak lekang oleh zaman. Sudah puluhan tahun, lunpia menjadi penganan favorit sebagai oleh-oleh bagi orang yang berkunjung di kota Semarang.

Bahan utama lunpia adalah rebung atau bambu muda. Sebagai pelengkap rasa diberikan isi daging kepiting di dalamnya. Proses pembuatan lunpia dimulai dari pengolahan bahan-bahan dasar tersebut.Kemudian dicampur dengan bumbu, dibungkus dengan kulit lunpia, selanjutnya digoreng.

Saat harga kepiting sebagai isi lunpia dirasa mahal oleh produsen, lalu diciptakanlah variasi isi lunpia. Sebut saja lunpia isi udang, daging sapi, telur, dan daging ayam. Walaupun berganti isi, tak mengurangi cita rasa lunpia itu sendiri.

Di Semarang, untuk mencari toko tempat penjualan lunpiadapat dijumpai di sepanjang Jl MT Haryono, Jl Gajah Mada, dan kawasan Pecinan. Selain itu juga dapat ditemuidi beberapa gerai kawasan oleh-oleh Jl Pandanaran. Menjamurnya lapak-lapak penjual lunpia menandakan banyaknya permintaan pasar. Mulai dari lapak-lapak kecil, biasa, hingga model kafe modern, semua bisa ditemukan di Semarang.

Lunpia yang ada di warung Loenpia Mbak Lien, misalnya. Gerai yang didirikan sejak tahun 1980-an itu berdiri di pinggir gang, sepelemparan batu dari Jalan Pemuda tepatnya di depan Pasaraya Sri Ratu. Disana disajikan lunpia dengan rasa orisinal. ‘’Ya, kami memang mempertahankan rasa original, karena itu terkait dengan sejarah kedai lunpia ini,’’ kata Edonis (28) generasi kelima penerus usaha Loenpia Mbak Lien.

Harga lunpia bervariasi tergantung isi.Kisaran harga dari Rp 7 ribu-Rp 10 ribu per potong.Pembeli bisa makan lunpia di tempat atau pun dibawa pulang. Lunpia yang disajikan biasanya dilengkapi dengan daun bawang muda yang dipotong seukuran jari manis, cabai rawit, acar mentimun, dan saus ‘’kanji’’ yang ditaburi irisan lembut bawang putih.Bahkan, kalau makan di tempat, biasanya juga ditambahkan sayuran segar, semisal selada.

Perpaduan gurih lunpia dengan pedasnya cabai rawit aroma khas bawang, masamnya mentimun, manisnya saus ‘’kanji’’, dan segarnya sayuran. Sangat mengundang selera!Kunci dari kelegitan lunpia adalah pengolahan rebung. ‘’Untuk mencuci rebung, butuh waktu setidaknya setengah hari hingga liur pada rebung yang menyebabkan bau kurang sedap hilang,’’ terang Edonis.

‘’Sementara pemilihan rebung diutamakan yang muda karena rasa pun akan lebih lembut,’’ lanjut pria yang akrab disapa Edo itu.

Silahkan berburu lunpia, yang hanya ada di seputaran Kota Semarang dan rasakan cita rasa khas kuliner Kota Lunpia itu.

132631143898650880
132631143898650880

Artikel ini juga bisa Anda baca selengkapnya di www.besekan.com dan http://kulinermaknyus.wordpress.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun