Seiring dengan konflik yang sedang berkecamuk, Menteri Investasi atau Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, telah mengklaim bahwa konflik di Pulau Rempang telah terselesaikan. Dia mengungkapkan klaim ini pada tanggal 18 September 2023, setelah melakukan pertemuan dengan warga dan tokoh adat di pulau tersebut atas perintah Presiden Joko Widodo.
Menurut Bahlil, pemerintah telah menyetujui permintaan masyarakat dan berjanji untuk tidak merelokasi mereka. Namun, ia menegaskan bahwa akan ada pergeseran meskipun lokasinya tetap berada di Pulau Rempang. Dalam kunjungannya, Bahlil juga mengunjungi sekolah dan makam-makam di Pulau Rempang, dengan jaminan bahwa tidak akan ada penggusuran di tempat-tempat tersebut.
Bentrok dan Diskusi
Sebelumnya, bentrok antara warga Pulau Rempang dan aparat keamanan telah terjadi, mencakup pemblokiran jalan dan kericuhan di kantor BP Batam. Semua ini terjadi karena penolakan warga setempat terhadap relokasi mereka akibat proyek Rempang Eco City yang melibatkan pengembangan industri, pariwisata, residensial, dan energi terbarukan. Namun, pemerintah kini telah melakukan diskusi mendalam dengan warga setempat.
Kesimpulan
Sekarang pertanyaannya adalah, apakah konflik ini benar-benar telah berakhir? Dengan klaim dari pihak berwenang dan pendapat dari pengamat seperti Affan Ramli, masa depan Pulau Rempang masih penuh ketidakpastian. Bagaimanapun juga, konflik ini mencerminkan dilema yang lebih luas tentang bagaimana sebuah negara dapat mencapai keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan, serta bagaimana menghormati hak masyarakat adat dalam prosesnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H