Setelah enam bulan di Jakarta, Paul memutuskan pulang kampung. Dia rindu dengan kampung halamannya. Kami awalnya keberatan. Sebab, selama di kampung tidak akan ada yang merawat dia, dan pola makannya tidak akan terkontrol. Namun, Paul tetap berkeras untuk pulang. Daripada dia stres, kami akhirnya membelikan tiketnya untuk pulang ke Manggarai, Flores, bertemu dengan istri, anak perempuan dan cucu-cucunya. Rupanya, pulang kampung itu obat yang mujarab. Setelah menjalani karantina mandiri selama empat belas hari di rumah, secara ajaib, Paul bisa jalan kaki ke kebun. dia mampu menapaki jalan mendaki yang terjal sambil memikul kayu bakar. Padahal waktu di Jakarta, naik tiga anak tangga saja susah. Dia juga sudah bisa mencangkul
Kembali ke kampung halaman dan berada di tengah keluarga besar serta terlibat dalam setiap kegiatan keluarga membuat Paul bahagia dan pikirannya segar. Tanaman-tanamannya yang ada di kebun membuat dia termotifasi untuk cepat sembuh dan selalu berpikir sehat. Betul kata seorang Pujangga Romawi Decimus Iunius Juvenalis: mens sana in corpore sano.
Ketika pikiran Paul sehat, maka otomatis tubuhnya pun sehat. Suatu hari, dia pernah telpon untuk melapor perkembangan fisiknya. Dia bercerita kalau dia sudah bisa jalan kaki ke gereja yang jaraknya sekitar dua kilo meter dari rumah, sudah bisa ke kebun lagi dan bekerja, walaupun tidak bekerja berat seperti sebelumnya. Tetapi setidaknya, melihat kebun, menginjak tanah miliknya dan bekerja ringan di kebun ternyata membuatnya sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H