Selain itu, masyarakat Toraja juga percaya bahwa kematian merupakan proses perpindahan manusia dari dunia ke alam berkumpulnya arwah (puya).Â
Agar arwah orang yang telah meninggal dapat sampai di alam puya, maka orang yang telah meninggal tersebut harus diupacarai.Â
Dapat dikatakan, Rambu Solo itu ibarat "penyempurna" bagi arwah orang yang sudah meninggal agar sampai di alam puya.
Prosesi Upacara Rambu Solo
Dalam pelaksanaannya, Rambu Solo terdiri dari beberapa tahapan kegiatan. Waktu pelaksanaannya dimulai sejak matahari terbenam dan dilaksanakan di dua tempat, yaitu di rumah duka dan di tempat pelaksanaan upacara yang disebut rante.
1. Ma'Pasulluk
Pada tahap ini, dilakukan pengarakan kerbau yang telah disiapkan mengelilingi tongkonan yang merupakan tempat persemayaman jenazah.
2. Mangriu'batu
Dilakukan penarikan batu simbuang dari tempatnya ke tempat pelaksanaan upacara yang dilakukan oleh puluhan hingga ratusan orang. Setelah batu berhasil ditarik, batu tersebut ditanam di tengah-tengah tempat pelaksanaan upacara (rante).Â
Bersamaan dengan kegiatan tersebut, dilakukan juga penanaman pohon ijuk, pohon pinang, pohon lambiri, dan pohon kandangi di samping batu tadi.Â
Guna pohon-pohon tersebut adalah untuk dijadikan tempat penambatan kerbau setelah prosesi Ma'pasonglo.