Mohon tunggu...
Alfaz Ztr
Alfaz Ztr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Cerpen "Suap"

24 April 2021   11:31 Diperbarui: 24 April 2021   11:39 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

SUAP
A.Identitas
Judul : Suap
Penulis : Putu Wijaya
Tahun Terbit : 2008/2009
Penerbit : Jawa Pos/PT Gramedia Pustaka Utama

B.Sinopsis
Cerita pendek ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga seniman yang sederhana. Suatu hari dia didatangi seseorang yang mengaku sebagai utusan darisalah satu peserta yang akan mengikuti lomba lukis internasional. Orang tersebut berniat untuk menyuap Bapak itu karena dia adalah satu satu juri. Berbagai caratelah dilakukan penyuap itu supaya orang tersebut menyetujui dan berhasil disuap.Ada rasa keinginan untuk mengambil uang tersebut karena untuk mengubahkeluarganya dari kehidupan miskin yang selalu menyelimuti. Namun, naluri batinnya terlalu kuat. Ia masih ragu-ragu untuk menerimanya.

C.Biografi
Putu Wijaya dikenal sebagai novelis, cerpenis, dramawan, dan wartawan. Ia lahir tanggal 11 April 1944 di Puri Anom, Tabanan, Bali. Nama lengkapnya adalah I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Dari namanya ini dapat diketahui bahwa ia berasal dari keturunan bangsawan. Ayahnya bernama I Gusti Ngurah Raka. Putu Wijaya pernah menikah dengan Reni Jayusman sekitar tahun 1980-an, tetapi usia perkawinan mereka tidak berlangsung lama. Dia menikah lagi dengan Dewi Pramunawati dan dikarunia seorang anak laki-laki bernama I Gusti Ngurah Taksu Wijaya. Ia menamatkan sekolah rakyat hingga sekolah menengah atas di Bali, kemudian Putu Wijaya melanjutkan studi di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada dan mendapat gelar sarjana hukum tanggal 28 Juni 1969. Di samping berkuliah di Fakultas Hukum, Putu juga belajar di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi) selama satu tahun, yaitu tahun 1964. Dalam kehidupan sehari-hari Putu Wijaya tidak pernah memakai gelar "sarjana hukumnya".
Putu Wijaya telah menulis karya sastra dalam jumlah yang besar, baik dalam bentuk drama, novel, cerpen, maupun puisi. Beberapa drama yang ditulis Putu Wijaya, antara lain, (1) Lautan Bernyanyi, 1967, (2) Anu, 1974, (3) Aduh, 1975, dll. Sementara novel-novelnya ada (1) Bila Malam Bertambah Malam, 1971, (2) Telegram, 1972, (3) Pabrik, 1976, (4) Stasiun, 1977, (5) Ms, 1977, dll.

D.Kelebihan
1) Unsur Intrinsik
Tema :
Tema yang diambil oleh Putu sesuai dengan realita pada saat itu dan juga sering terjadi hingga saat ini, yaitu tentang kemanusiaan yang digambarkan dengan tindakan suap. Sehingga dapat menarik perhatian pembaca.
Sudut Pandang :
Menggunakan sudut pandang pertama, dibuktikan dengan adanya kata ganti "saya" sebagai pelaku utama. Hal ini membuat pembaca seolah-olah ikut dalam cerpen sebagai tokoh sentral.
Alur Cerita :
Menggunakan alur cerita maju, dibuktikan dengan salah satu kutipan berikut.
"Sayang sekali roda kehidupan yang membenam saya di bawah terus, akhirnya mulai menang. Memasuki bulan kedua..."
Dari kutipan tersebut dan kutipan lainnya yang tidak saya kutip karena terlalu banyak, tidak  adanya keterangan yang mengisahkan masa lampau, seandainya jika kutipan tersebut diselipi kisah lampau juga bisa, akan tetapi penulis menuliskan menuju kisah selanjutnya.

Amanat :
Putu meyakini ada yang harus dibasmi. Meyakini bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Jika otak kita selalu dipenuhi oleh "materi" dengan segala cara untuk mendapatkannya, tak peduli itu halal atau haram, maka perilaku kita membenarkan suap. Artinya, kita harus menghindari pemikiran ataupun materi seperti itu dan harus tetap tegar, optimis, tidak boleh ragu dalam membela kebenaran dan harus sabar.
2) Kebahasaan
Menggunakan bahasa sehari-hari yang terkesan santai dan sederhana tapi menimbulkan emosional sehingga mudah dipahami pembaca.

E.Kekurangan
1) Unsur Intrinsik
Di cerpen "Suap" karya Putu Wijaya ini juga memiliki kekurangan di tokoh dan penokohan.
Penokohan :
Banyak watak tokoh yang tidak perlu/boleh dicontoh, salah satunya :
a.Tokoh "saya" memiliki watak tidak tegas dan kurang bersyukur, dibuktikan saat pesuap menyodorkan uang, tokoh "saya" malah diam saja plonga-plongo. Dan kutipan "kenapa orang lain boleh bahagia dan saya hanya kelelap kemiskinan karena membela kesucian."
b.Tokoh pesuap berwatak terlalu loss doll, dibuktikan dengan adanya pernyataan di paragraf pertama kalimat pertama dan kedua, yang berbunyi "Seorang tamu datang ke rumah saya. Tanpa mengenalkan dirinya, dia menyatakan keinginannya untuk menyuap."
c.Tokoh Ade yang berwatak usil, dibuktikan adanya kutipan "Anak itu mengubah tujuannya. Dia mengelak dan kemudian mengambil kedua amplop yang menggeletak di atas meja."

2) Kebahasaan
Kekurangan lainnya yaitu dalam penggunaan kosa kata dan EYD. Terdapat kata kasar yang tidak baik untuk dicontoh, yaitu pada kutipan "Bangsat! Aku yang disuap! Aku yang dijebloskan ke bui dan neraka, kamu yang enak-enak menikmati! Bajingan."
Dan penggunaan EYD yang kurang tepat yaitu :
a.Kata "milyar" seharusnya ditulis "miliar".
b."Saya tidak berani menjawab terus-terang." Seharusnya kata "terus-terang" tidak perlu menggunakan tanda hubung (-).
c."Meski sudah saya sembunyikan dengan begitu rapih..." kata "rapih" seharusnya cukup ditulis "rapi" saja.
d."Ini adalah perjuangan hak azasi yang suci." Kata "azasi" ditulis "asasi".
e."...karena dia tidak rela Ade saya strap." Kata "strap" harusnya ditulis "setrap" atau kata lainya "hukuman".

F.Simpulan
Kesimpulannya, cerpen "Suap" layak untuk dibaca. Terdapat banyak pelajaran yang bisa kita ambil dan pelajari dari cerpen tersebut. Apalagi sekarang di sekitar kita banyak kejadian yang sama dengan isi cerpen ini. Cerita ini ditujukan kepada siapapun. Sehingga diharapkan setelah membaca ini, para pembaca mendapat gambaran dan pemahaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun