Sahabat, pernahkah kita mencoba menghitung berapa banyak nikmat Allah yang telah kita terima? Tak usahlah berpikir terlalu jauh tentang nikmat yang besar-besar. Yuk, kita mulai dari yang kecil saja, seperti nafas, tubuh kita yang bisa mengeluarkan keringat, juga nikmat kesehatan yang membuat kita bisa beraktifitas dengan lancar. Dapatkah kita menghitungnya? Sungguh, nikmat Allah alangkah banyak dan tidak akan pernah bisa kita menghitungnya. Dalam surah Ibrahim ayat 34, Allah berfirman: "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya." Bahkan, jika kita mencoba mencatat semua nikmat yang telah Allah berikan, tidak akan cukup air laut sebagai tintanya dan semua daun yang ada di muka bumi ini sebagai kertasnya. Pada zaman Nabi Musa AS, tersebutlah seorang yang sangat kaya bernama Qarun. Dahulu, dia adalah seorang miskin yang memiliki banyak anak. Kemudian dia meminta pada Nabi Musa AS untuk mendoakannya agar dia bisa kaya. Allah SWT lalu mengabulkan doa itu. Jadilah Qarun seorang yang memiliki banyak harta. Hartanya bukan saja banyak, tapi melimpah. Bahkan, untanya tidak kuat untuk menbawa kunci gudang hartanya. Itu baru kuncinya saja, berapa banyak gudangnya dan berapa banyak isinya? Pastilah sangat banyak. Namun, Qarun ingkar. Dia menjadi sombong dan sering berbuat sewenang-wenang. Dia tidak ingat pada Allah yang telah memberinya limpahan rizki. Qarun lupa untuk bersyukur. Maka, turunlah azab Allah padanya. Hanya dalam waktu satu malam, Allah menimbun Qarun beserta harta dan pengikut-pengikutnya ke dalam tanah. Allah berfirman dalam surah Ibrahim ayat 7: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." Ada tiga cara yang harus kita lakukan agar syukur kita menjadi sempurna. Apa saja?
- Bersyukur dengan lisan. Inilah cara bersyukur yang paling sering kita lakukan. Yaitu, dengan mengucapkan hamdalah atau "alhamduliLlahi Rabbil 'Alamin". Apapun yang kita dapatkan, sedikit atau banyak, hendaklah mulut kita terbiasa mengucapkan lafadz syukur ini.
- Bersyukur dengan hati. Saat orang memberikan kita sesuatu, mulut kita akan berucap syukur dan berterima kasih. Namun, gerakkan hati kita untuk meyakini bahwa sesungguhnya pemberian itu datangnya dari Allah, dan makhluk hanyalah sebagai perantara. Sering, saat kita sakit lalu kemudian sembuh, kita meyakini kesembuhan itu berasal dari obat yang kita minum, dokter yang kita datangi, atau rumah sakit tempat kita berobat. Padahal, itu hanyalah perantara. Allah-lah yang memberikan semua itu pada kita.
- Bersyukur dengan amal perbuatan. Sahabat, apa yang telah Allah berikan pada kita sesungguhnya adalah amanah. Karena itu, hendaklah kita bersyukur dengan menggunakan nikmat-nikmat dari Allah untuk hal-hal yang juga disukai oleh Sang Pemberi. Bukankah, jika kita memberikan sesuatu kepada orang lain kita ingin pemberian kita itu digunakan dengan baik? Yuk, optimalkan apa yang kita punya sebagai sarana untuk bersyukur pada Allah.
Tak ada alasan untuk menunda bersyukur. Jadikan lidah ini senantiasa mennyukuri setiap detik yang Allah berikan pada kita. Jadikan hati kita senantiasa mengingat-ingat dan meyakini bahwa limpahan karunia ini hanya Allah yang memberikannya. Dan, jadikan semua nikmat yang ada pada diri kita sebagai sarana kita mendekatkan diri pada Allah. Rabbiy... auzi'ni an asykura ni'mataKa-llati an'amta 'alayya wa 'ala waalidayya, wa an a'mala shaalihan tardhaahu. Wa an akuuna 'ibaadaKash-shaalihiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H