Atasi Kejenuhan dengan Uzlah

Hidup pikuk kehidupan, ancaman, ganguan, berbagai rintangan dalam dinamika kehidupan, dalam perjuangan hidup, dan mempertahankan hidup, baik sebagai petani, buruh, pedagang, pegawai, pejabat, pengusaha, sampai dengan pengangguran, seringkali menghinggapi seseorang dan membuat jenuh, stres, dan lain sebagainya, termasuk dikalangan artis sekalipun. 

Pada saat situasi dan kondisi seperti inilah antara akal dan perasaan sulit dibedakan, munculnya rasa berontak, rasa jenuh, mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan dan aktivitas yang didorong oleh akal ataupun perasaan sulit untuk dibedakan, disatu sisi perasaan mendorong untuk melakukan tindakan diluar ekspektasi seperti marah marah, membenci, menghardik orang lain tanpa alasan dan penjelasan yang jelas, disatu sisi tindakan seperti berdasarkan akal, fikiran dan tuntunan agama tidak dibenarkan. 

Situasi dan kondisi sperti ini juga sering kali terjadi pada rutinitas pekerjaan, kesibukan yang luar biasa, dan dalam berbagai interaksi sosial menjenuhhkan yang multi efek berdampak psikologis terhadap situasi personal seseorang alih alih sangat penjenuhkan dalam tahap yang sangat kritis berdampak prilaku buruk pada seseorang. 

Menghadapi situasi dan kondisi seperti ini memang membutuhkan ketenangan hati, untuk sementara dimasa masa ingkubasi, dimana segala kenejuhan yang terjadi didiamkan sementara kemudian mengatur siasat untuk untuk kemudian dilakukan trietmen yang dapat mengalihkan kejenuhan itu, seperti melakukan silaturahmi, plesiran, sampai melakukan tindakan pengasingan dari keramaian, dan hiruk pokoknya. 

Tindakan mengasingkan diri dari pusat keramaian, dengan tujuan menghindari kejenuhan, agar hati lebih tenan merupakan tindakan yang bagus sepanjang untuk menghindari timbulnya prilaku dan sifat yang akan timbul pada diri seseorang. 

Ada ungkapan dari seorang sahabat nabi Umar Bin Khattab dengan istilah yang sangat terkenal, khisablah dirimu sebelum engkau dihisab. 

Istilah ini merujuk kepada janganlah seseorang itu menghabiskan waktunya mengoreksi orang lain, sementara dirinya sendiri tidak pernah dikorekai sifat daan prilakunya yang jelek. 

Barangkali disinilah pentingnya Ulah perlu dilakukan seseorang, Ulah dalam arti mengasingkan diri, melakukan koreksi terhadap diri sendiri, memperbaiki sifat dan prilakunya yang buruk selama ini pernah terjadi atau dilakukan, baik itu dilakukan secara langsung maupun tidak lansung, baik secara sadar maupun tidak sadar

Tindakan Ulah ini juga pernah dicontohkan oleh nabi, sebagai upaya mengajak seseorang untuk lebih meningkatkan dirinya kepada penciptanya. 

Di dalam era sekarang, ulah ini akan lebih banyak menguntungkan seperti melakukan kunjungan ke desa desa terpencil, melihat keasrian desa, memberi bantuan kepada para dhuafa,melakukan silaturahmi kepada para tokoh agama, cendik pandai, para orang tua berpengaruh, kepusat pusat kajian dan pengajian, bahkan ke pondok pesantren meminta petuah dan nasihat kebaikan. 

Keputusan untuk melakukan tindakan seperti ini memang tidak mudah apalagi klo sekeluarga, karena berbagai pertimbangan lain yang sulit untuk diwujudkan, meski demikian dengan niat dan tujuan yang baik, dapatlah direncanakan dengan baik.