Mohon tunggu...
Alfath Syawal Ridho Putra
Alfath Syawal Ridho Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang penjelajah kata yang gemar mengeksplorasi beragam topik, mulai dari teknologi terbaru hingga cerita-cerita inspiratif sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keunggulan Komunikasi Berbasis Retorika dalam Dakwah

25 Juni 2024   18:38 Diperbarui: 25 Juni 2024   21:51 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Oleh : Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Dalam praktiknya, retorika dan dakwah harus mengedepankan adab. Komunikator (orator dan dai) maupun komunikan (audiens dan mad'u) harus memperhatikan hal-hal yang baik untuk digunakan dan meninggalkan yang buruk. Baik dan buruk dalam konteks ini berlaku secara timbal balik.

Adab dalam Islam secara umum adalah aturan tentang sopan santun yang bersumber dari al-Qur'an. Adab ini digunakan untuk membangun komunikasi dialogis antarmanusia. Dalam Islam, adab memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan ilmu.

Dalam dakwah Islam, kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti sangat diutamakan. Oleh karena itu, komunikasi dalam Islam tidak hanya fokus pada hasil tetapi juga pada proses. Urgensi adab dalam retorika dakwah tampak jelas di sini.

Adab dan akhlak memiliki perbedaan dalam Islam. Adab merupakan kumpulan aturan yang bersifat mengikat, sementara akhlak adalah dorongan hati yang muncul tanpa paksaan. Secara sederhana, akhlak adalah respons alami. Karena sifatnya yang memaksa, adab lebih tepat digunakan dalam retorika dakwah.

Orator atau dai menampilkan respons spontan atau akhlak secara alami saat memberikan ceramah atau pidato. Kehadiran tersebut tidak terikat oleh aturan agama atau budaya, tidak direncanakan, dan tidak dibuat-buat. Meskipun demikian, akhlak dapat ditingkatkan melalui pembelajaran, latihan berulang, dan pembiasaan.

Dari sudut pandang aksiologis, adab membantu orator dan dai untuk meningkatkan kecerdasan dalam berpikir dan perilaku, disesuaikan dengan konteks waktu dan tempat. Prinsip ini dikenal sebagai ethos dalam retorika, yang memiliki dampak signifikan terhadap pandangan komunikan.

Mengacu pada paparan sebelumnya, adab retorika dapat diartikan sebagai pedoman tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti saat berbicara, dengan tujuan mendorong manusia untuk berperilaku baik. Aturan-aturan ini khusus ditujukan kepada orator dan dai sebagai arahan dalam berkomunikasi.

Adab retorika dakwah menetapkan standar mengenai perilaku yang baik dan buruk yang bersifat mengikat dan harus dihormati saat seorang dai berdakwah atau orator berpidato. Poin penting dalam adab retorika dakwah adalah menjaga integritas diri.

Sebagai tambahan, adab retorika dakwah meliputi refleksi tentang perilaku baik dan buruk yang ditampilkan oleh dai dan orator dalam berbagai media, termasuk panggung dan mimbar (media tradisional), radio dan televisi (media konvensional), serta di platform media sosial (new media).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun