Mohon tunggu...
Alfath Syawal Ridho Putra
Alfath Syawal Ridho Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang penjelajah kata yang gemar mengeksplorasi beragam topik, mulai dari teknologi terbaru hingga cerita-cerita inspiratif sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ranah Utama dan Pendekatan Dakwah

15 Juni 2024   11:48 Diperbarui: 15 Juni 2024   12:16 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Oleh Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Cakupan materi yang dibahas atau diteliti disebut sebagai ruang lingkup, yang mencakup fokus, lokus, dan lain sebagainya. Dalam konteks dakwah, ruang lingkup ini meliputi materi pokok bahasan dan sub-pokok bahasan, termasuk definisi, berbagai bentuk dakwah, serta unsur-unsur dakwah seperti dai, mad'u, maddah (materi dakwah), dan media dakwah. Selain itu, ruang lingkup dakwah juga mencakup sasaran dakwah, faktor-faktor keberhasilan dakwah, serta hubungan dakwah dengan ilmu-ilmu lain yang terkait. Memahami ruang lingkup dakwah memberikan gambaran komprehensif tentang aspek-aspek yang mempengaruhi dan mendukung keberhasilan kegiatan dakwah.

Secara etimologis, Dakwah berasal dari kata dalam bahasa Arab yang berbentuk masdar. Dalam bahasa Indonesia, makna dakwah mencakup tindakan memanggil dan menyeru. Hal ini menunjukkan bahwa dakwah melibatkan interaksi antara dua pihak, yaitu da'i (orang yang berdakwah) dan mad'u (orang yang didakwahi). Dengan demikian, secara praktis, dakwah adalah bentuk kerja dan upaya besar manusia untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam masyarakat.

Secara filosofis, dakwah mencerminkan sebuah komunikasi yang unik di mana seorang mubaligh mengirimkan pesan-pesan yang bersumber dari al-Qur'an dan al-Sunah. Sasarannya adalah agar mad'u dapat menerapkan ajaran yang disampaikan untuk mengamalkan kebaikan dalam hidup mereka.

Dalam konteks epistemologis, pengetahuan mengenai dakwah bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadits. Ini menandakan bahwa untuk menjalankan dakwah, kita dapat menggunakan metode bayani yang menguraikan permasalahan dari berbagai ayat al-Qur'an yang saling melengkapi, atau ayat al-Qur'an yang dijelaskan oleh hadits Rasulullah, atau hadits Rasulullah yang diperjelas oleh hadits lainnya.

Dalam konteks nilai (aksiologis), dakwah memiliki manfaat yang signifikan yang dapat diperoleh dari ayat dan hadits terkait. Manfaat ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yang berbeda. Bagi da'i, dakwah tidak hanya membebaskan mereka dari kewajiban berdakwah, tetapi juga membawa berkah yang dapat dirasakan di dunia ini dan di akhirat kelak.

Dakwah meliputi berbagai bentuk, termasuk variasi bentuk dakwah. Secara khusus, ada tiga jenis dakwah yang umum dikenal. Pertama, dakwah bil lisan, yang mana komunikasi dilakukan secara lisan dengan penekanan pada akidah, ibadah, dan akhlak dalam Islam. Kedua, terdapat dakwah bilhal, yang fokus pada tindakan nyata seperti dalam bidang sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya.

Dibandingkan dengan dakwah melalui lisan, dakwah melalui aksi langsung (bilhal) memiliki dampak yang lebih signifikan dalam proses dakwah. Pendekatan ini tidak hanya terbatas pada pemberian hikmah, ceramah, atau diskusi, melainkan juga melibatkan implementasi nyata di lapangan. Terakhir, dakwah bilqalam mengacu pada metode berdakwah melalui tulisan atau karya tulis, sering disebut sebagai literasi dakwah. Metode ini memberikan kontribusi penting dalam penyebaran pesan dakwah yang dapat memengaruhi masyarakat dengan berbagai cara.

Dalam konteks ruang lingkup dakwah, terdapat enam unsur utama yang saling terkait. Unsur pertama adalah dai, yang memiliki tuntutan untuk memiliki kebijaksanaan secara intelektual dan spiritual. Tidak sekadar pandai berbicara, seorang dai juga harus menjadi teladan bagi mad'u. Perbedaannya dengan orator dan motivator terletak pada misi suci untuk mengajak manusia berbuat baik dan menjauhkan diri dari dosa, membawa pesan yang lebih mendalam dan berkelanjutan dalam kehidupan mereka.

Dalam konteks dakwah, unsur kedua yang penting adalah mad'u atau objek dakwah, yang juga disebut sebagai mitra bagi dai dalam penyebaran ajaran Islam. Sosialnya, mad'u berasal dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk kelas atas, menengah, dan bawah. Unsur selanjutnya adalah materi dakwah, sering disebut maddah, yang umumnya mencakup akidah, syariah, dan akhlak. Materi ini diperoleh dari penafsiran al-Qur'an dan hadits Nabi, serta kontribusi ulama dari berbagai periode sejarah Islam, termasuk yang klasik, pertengahan, dan kontemporer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun