Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel Sang Peramal: Thriller Lokal Penuh Kritik Sosial

3 Januari 2025   05:06 Diperbarui: 3 Januari 2025   05:06 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Judul: Sang Peramal
Penulis: Chandra Bientang
Penerbit: Noura Books
Jumlah Halaman: 308 hal
ISBN: 978-623-242-230-8

Sinopsis
Namanya Imar Mulyani. Semua orang menyebutnya Sang Peramal. Dia sering muncul tiap akhir tahun di TV, membacakan nasib-nasib yang tertera pada kartu-karu Tarot-nya. Bencana alam, skandal artis atau pejabat, semua yang buruk-buruk, pokoknya. Yang bisa membuat seluruh Indonesia heboh.

Para kliennya, baik yang terkenal maupun orang biasa, memiliki satu kesamaan: punya rahasia kelam. Ketika suatu hari Imar mendadak hilang, di tengah-tengah jamuan makan malam yang dia selenggarakan, siapa lagi yang harus disalahkan kalau bukan salah satu dari mereka?

Review Singkat
Kenapa orang ada yang percaya dengan ramalan? Jawabannya beragam, bisa karena menemukan kepastian dalam ketidakpastian, bisa karena kebutuhan emosional berupa harapan, atau bisa karena "pernah" kebetulan ramalan itu benar terjadi kepada dirinya. Namun, sebuah ramalan memiliki dua sisi. Kalau memang benar ramalan itu bisa mengungkap sesuatu, maka mungkin tak hanya masa depan yang bisa dibaca, tetapi juga rahasia2 kelam yang tak pernah disangka2. Oleh karena nya, seorang Peramal memiliki beban yang cukup berat dengan memegang rahasia2 dari setiap orang yang diramalnya. Sang Peramal, tak sedikit yang memanfaatkan rahasia2 tersebut untuk mendapatkan keuntungan besar. Tapi, ada pula yang menggunakan rahasia2 tersebut demi kebaikan, atau mungkin melakukan keduanya, tergantung "sasarannya".

Nah hal ini lah yang menjadi isu dalam novel ini. Menurut saya ya. Kalau maksud si penulis berbeda dengan saya ya tidak apa-apa. Saya hanya menyampaikan apa yang saya tangkap dari membaca novel ini.

Novel ini agak nya berbeda dengan novel pertama nya mbak Chandra "Dua Dini Hari" yang nuansa kelam nya sangat terasa, bahkan saya membaca nya pun ngeri2 sendiri. "Sang Peramal" dibangun dengan pace yang slow tapi menegang sedikit demi sedikit. Istilahnya Slow Burn kalau saya lihat dari reviewer lain. Ceritanya diawali dengan konflik utama yaitu hilang nya Sang Peramal di tengah jamuan makan malam dengan segelintir orang. Lalu cerita berjalan dengan memperkenalkan setiap tokoh yang ada pada saat malam jamuan itu. Semuanya diceritakan dengan sangat detail, sehingga membuat saya curiga pasti ada maksudnya penulis melakukannya, pasti ada suatu plot yang akan diungkapkan setelahnya.

Setiap karakter disini dibuat misterius. Sama seperti novel "Dua Dini Hari" yang tokoh2 nya dibuat abu2. Misterius dan pastinya memiliki rahasia tertentu. Gaya bahasanya sudah dipastikan enak dibaca. Walaupun di awal2 terasa membosankan karena untuk menyuguhkan misteri yang sengaja ditebar oleh penulis. Saya pun sempat menebak pelaku nya di pertengahan cerita, hanya sebatas menebak tokoh saja, karena untuk motif nya pastinya akan lebih jelas di akhir cerita. Dan tebakan saya benar, pelakunya memang lah tokoh yang tak akan disangka pembaca. Dan setelah mencapai akhir, ternyata plot twist-nya berlapis!!

Saya suka bagaimana penulis menebar misteri di setiap tokoh2 nya, bagaimana penulis menyusun plot yang akhirnya bisa sampai pada akhir yang cukup .... wah. Banyak isu yang dibahas disini, ada tentang perdagangan gelap, narkoba, pedofilia, penipuan, identitas ilegal, dan sebagainya. Semuanya mungkin menjadi pesan penulis terhadap kritik sosial yang ingin diperhatikan oleh para pembaca.

Suasana yang dibangun juga sangat membumi sekali, terasa bedanya dengan "Dua Dini Hari" yang hawa perkotaannya sangat kuat. Sedangkan Sang Peramal yang mengambil latar Yogyakarta dan setting di perkampungan ditambah gaya bahasa warga disana yang "kampung banget" membuat cerita menjadi lebih realistis.

Bagi saya, "Sang Peramal" menjadi bacaan Slow Burn Thriller yang sangat bagus. Skor 8/10. Untuk endingnya cukup memuaskan. Plot twist dalam plot twist!. Namun sama seperti sebelumnya, mungkin ciri khas penulis, pelaku selalu lolos atau tidak jelas nasibnya. (Spoiler! Jangan kaget kalau kalian baca Dua Dini Hari). Pokoknya "Sang Peramal" saya rekomendasikan buat kalian pecinta Novel Thriller yang sarat dengan kritik sosial apalagi settingnya lokal. Selamat Membaca!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun