Banyak kota-kota di Indonesia yang mengakali banjir Rob dengan membuat tanggul. Beberapa wilayah di Inhil juga sebenarnya telah mengenal tanggul sebagai cara dalam mengatasi banjir.
Hal ini dilakukan karena Inhil merupakan wilayah dengan masyarakat yang bergantung pada hasil perkebunan seperti kelapa dan sawit.
Bila melihat pada topografi, mayoritas wilayah di Kab. Indragiri Hilir adalah dataran rendah yakni sebanyak 93,31%. Selain itu ada banyak sungai kecil (parit) yang menjadi sumber masuknya air.
Karenanya, tanggul tidak akan berlaku efektif. Selain itu, banyaknya parit juga tentu akan membuat bengkaknya pembiayaan. Yang perlu dilakukan adalah merevitalisasi parit-parit.
Setidaknya, revitalisasi sungai akan menyebabkan volume tampung air akan lebih besar. Tentu ini akan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Hal yang bisa dilakukan dalam waktu dekat
Fokus pada pengendalian dampak bencana adalah hal yang perlu dilakukan dalam waktu dekat. Terlalu seringnya banjir rob terjadi membuat kita menganggapnya sebagai hal biasa.
Padahal, penting untuk melakukan langkah-langkah dalam mengurangi dampak buruk dari banjir rob. Jika sewaktu-waktu ketinggian air tidak wajar, maka antisipasi bisa dilakukan.
Untuk daerah rawa dan gambut seperti Tembilahan, pencegahan terhadap banjir rob bukan hal yang mudah dan membutuhkan teknologi maju.
Karenanya, peran BMKG Kabupaten dalam memberikan prediksi akan bencana dan intensitasnya menjadi hal yang perlu dilakukan. Penyebaran informasi juga perlu dilakukan dengan baik, agar masyarakat dapat selalu siaga sewaktu-waktu terjadi bencana.
Sebenarnya, banjir rob kali ini dapat diprediksi dengan melihat informasi nasional. BMKG bahkan telah menyatakan bahwa akan ada potensi peningkatan water level.Â