Mohon tunggu...
Alfasrin
Alfasrin Mohon Tunggu... Lainnya - Unpredictable

XXIX! Purna Paskibraka Indonesia Provinsi Sumatera Barat 2018, Duta Anak Kota Sawahlunto dan Duta Anak Provinsi Sumatera Barat 2019, Penulis buku "Alfa" dan "Segmen-Segmen Kehidupan", Pemilik akun Instagram @manotebook

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pancasila Jadi Pancaindera

1 Juni 2022   00:43 Diperbarui: 1 Juni 2022   00:45 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Patung M.Yamin, Kota Sawahlunto, Sumbar (Dokpri)

Semua yang ada di dunia ini pasti memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Terkait dengan hal itu, seorang profesor berani mengemukakan pendapatnya mengenai salah satu teorinya bahwa manusia di dunia ini terlahir memiliki 7 kembaran yang apabila ketujuh-tujuhnya bertemu secara bersama-sama, maka semuanya akan meninggal dunia.

Beruntungnya, kali ini kita tidak akan membahas mengenai hal-hal aneh ataupun ambigu yang setara dengan paragraf di atas, tetapi lebih kepada bagaimana kaitan masa lalu dengan masa sekarang. 

Baru-baru ini, dunia tengah dihebohkan dengan rilisnya salah satu film garapan Marvel Studio yang mengangkat cerita salah satu super heronya yakni Doctor Strange yang entah bagaimana dapat menyita perhatian seluruh kalangan.

Yang unik diantara kisah superhero yang lainnya adalah, Doctor Strange ini memiliki kekuatan super dapat memanipulasi dimensi dan waktu yang ada di dunia ini. 

Bahkan dapat memutar balikkan waktu serta dimensi di seluruh dunia. Namun, sayang sekali, kisah cinta antar dimensinya pun berujung kandas karena tidak sejalan.

Seperti film tersebut, Negara Kesatuan Republik Indonesia ini juga hampir sama dengan jalan cerita dari film tersebut. Untuk mendirikan sebuah Negara, menurut salah seorang ahli Demokratis menyatakan, bahwa ada 4 item yang harus terpenuhi. 

Salah satunya adalah harus memiliki pemerintahan. Pemerintah dapat dibangun dengan kokoh berlandaskan dengan dasar sebuah Negara itu didirikan.

Seperti yang kita ketahui, Negara dengan menganut blok timur, mayoritas menganut paham Komunis-sosialis yang berlandaskan kepada dasar Negara masing-masing. 

Belum lagi, Negara barat yang menganut paham liberalis-demokratis yang memajukan peradaban mereka. Namun, tahukah kamu, bahwa di dunia ini, hanya ada satu dari ratusan Negara yang hanya memiliki dasar Negara yang berbeda dari Negara lain, yakni Indonesia.

Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar yang kurang lebih ada sekitar 17.000 pulau lainnya yang tersebar di garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat diminati oleh turis mancanegara. 

Belum lagi kekayaan alam, budaya, heterogennya Indonesia menjadikan Negara kita salah satu di dunia yang beragam warnanya. Mulai dari barat hingga timur, tidak ada yang percis sama, berbeda adalah kita.

Maka dari itu, para pendahulu kita, merumuskan semboyan Negara yang khas, dengan tulisan, Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu jua. 

Berlandaskan hal itu, tahun 1945, di dalam rapat besar BPUKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia) berusaha mendirikan pondasi Negara berupa dasar negera. Di dalam rapat yang di hadiri lebih kurang 60 orang itu, ada tiga orang yang mengusulkan pikirannya.

Pertama, pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Soepomo, mendelegasikan diri untuk mengemukakan pendapatnya. Semuanya menerima dengan lapang dada namun masih mencari perbandingan.

Pada tanggal 30 Mei 1945, Muhammad Yamin, putra daerah Kota Sawahlunto mengemukakan pendapatnya mengenai dasar Negara yang lebih dikenal dengan kata "peri" pada setiap awalan kalimatnya.

Selanjutnya, tepat pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mencantumkan namanya sebagai pengemuka pendapat terakhir di dalam rapat besar itu. Alhasil, semuanya pun sepakat dengan suara bulat, bahwa usulan Soekarno terpilih menjadi bahan pertimbangan dasar Negara Indonesia.

Maka dari itu, hari ini, setiap tanggal 1 Juni, diperingati sebagai hari Lahir Pancasila yang sakral akan kebhinnekaan yang berdaulat. Maka, tidak heran, setiap tahun di dalam kalender Indonesia, yang semulanya tanggal hitam menjadi merah karena pada hari itu diadakannya upacara bendera sekaligus sebagai pengenang bahwasanya pondasi NKRI pernah lahir pada tanggal 1 Juni itu.

Bayangkan saja, jika kita berandai-andai, apabila Dr.Strenger adalah orang yang benar-benar nyata dan sungguh ada di dunia ini, apakah dia akan mampu untuk menolak penjajah datang ke Indonesia ini? 

Minta tolong saja, nanti dibayar dengan urang sumbangan 280 juta warga Negara Indonesia saat ini, rasanya superhero yang satu ini akan berpikir dua kali untuk melakukannya.

Ketimbang memikirkan hal tersebut, seyogyanyalah kita, sebagai warga Negara Republik Indonesia, patut bersyukur dan senantiasa mengingat kembali sejarah perjuangan pahlawan yang mampu mengorbankan jiwa raganya demi keutuhan Negara kita.

Teruntuk generasi muda yang saat ini sedang menempuh program studynya, tidak salahnya kita memikirkan sejenak nasib Negara kita kedepannya. Ini menyangkut masa depan kita juga, mau dibawa kemana Negara yang kita cintai ini.

Menurut lembaga survey sekaligus pemerhati anak mengenai pengendalian tembakau, IYCTC, menyebutkan bahwa satu punting rokok yang terbawa ke laut, dapat membunuh satu ekor ikan kecil. 

Bayangkan, puntung rokok yang bentukannya mungil tersebut dapat mencabut seketika nyawa makhluk hidup, bagaimana jika saat ini sudah ada lebih kurang 1,7 juta punting rokok di lautan? Maka tidak heran jika hari ini, nelayan harus melaut jauh ketengah lautan untuk menemukan ikan untuk ditangkap.

Begitulah, salah satu gambaran, bagaimana Negara kita saat ini. Kalau boleh dikata, nenek moyang kita pasti menangis melihat ini. Inilah salah satu tugas kita sebagai generasi penerus bangsa, kesegeran isi kepala, kondisi tubuh yang prima dapat berdedikasi lebih bagi orang banyak dengan menyebarkan potensi positif di tengah masyarakat.

Salah satunya, dengan menjauhi apa-apa yang membuat masyarakat rishi, salah satunya adalah rokok. Selain ikan, masa depan generasi berikutnya juga dapat berpengaruh karena rokok. Kita sama-sama mengetahui, 30% populasi penduduk Indonesia adalah usia anak. 

Mau dibawa kemana Negara ini jika setiap tahunnya angka perokok anak terus melunjak naik? Saya rasa, jika terus dibiarkan akan berdampak penuh terhadap perkembangan Negara ini.

Kabupaten Solok (Dokpri)
Kabupaten Solok (Dokpri)

Oleh karena itu, dalam rangka memperingati hari lahirnya pancasila ini, penulis mengajak, agak semua kalangan di Negara Indonesia mampu memaknai betul-betul arti dari Pancasila yang sebenarnya. Sebagaimana tubuh kita, jika sendi di badan ini kaku, maka lumpuh jugalah tubuh ini. 

Begitu juga dengan Negara, jika Pancasila tidak mampu mendarah daging di dalam hati sanubari generasi muda Indonesia, bagaimana bisa Negara kita bergerak. 

Maka dari itu, saya menghimbau, marilah kita semua menjadikan Pancasila sebagai dasar yang benar-benar mendasari segala sesuatu yang kita lakukan. 

Baik itu dalam ucapan, gerak-gerik, tingkah laku, pola pikir, hubungan antar sesama, bahkan hubungan kita dengan tuhan sekalipun di dasari oleh Pancasila.

Pancasila mengandung arti yang sangat berharga bagi Negara kita, maka dari itu buat jugalah pancasila sebagai sesuatu yang berarti bagi kita dengan cara mengamalkannya. 

Marilah kita jadikan Pancasila sebagai Pancaindera kita yang mampu menilai tekstur dengan rabaan, wewangian dengan penciuman, suara dengan pendengaran, cahaya dengan penglihatan, dan rasa dengan pengecapan.

Menjadikan Pancasila sebagai way of life di dalam kehidupan. Dalam artian, menjaga kerukunan antar umat beragama, saling menghargai satu sama lain, menghormati sesama, membantu penduduk yang sedang tertimpa bencana alam, maupun menggalang dana sosial serta hidup rukun antar tetangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun