"Sejak kapan anda memaklumi keadaan anda?" seorang wartawan mewawancarai wanita berhijab itu. Inilah sesi terakhir dari rangkaian acara pada hari ini.
"Tidak bisa. Ini adalah keadaan terteruk dan tidak bisa saya berdamai dengan ini," kata Khairani sambil menundukkan kepalanya, "yaa, kira-kira begitulah yang saya sebutkan 5 tahun lalu pada diri saya sendiri. Namun, semenjak saya bertemu dengan satu orang 3 tahun setelahnya, semuanya berubah. Dia telah merubah cara pandang saya terhadap dunia dan seisinya." Semua penonton berdiam khidmat menyimak lalu terbawa suasana diantara duka dan suka.
"Ya, karena beliaulah saya dapat bangkit walaupun secara harfiah saya tidak bisa berdiri dengan kedua kaki," tawa kecil sebagai jeda, "Saya menemukan pribadi saya yang dulu pada dirinya." Khairani mempersilahkan seorang wanita yang sama cantik dengannya. Hadirin terpukau kagum dan haru biru membalut seisi ruangan.
"Perkenalkan, saya Khairana. Saya adalah kembaran Khairani. Banyak orang yang mengira saya sebagai jelmaan dari kakak saya ini. Padahal, saya tidak lebih baik daripada beliau yang senantiasa ceria dan bahagia ini." mereka berdua saling menyapa, bukan dengan lambaian tapi dengan senyuman.Â
Pembawa acara menyilahkan wartawan lain untuk bertanya.
Salah seorang yang ditunjuk berdiri lalu bertanya, "Apakah tidak mengapa dengan kondisi kalian berdua yang saling mengisi ini? Maksud saya, risihkah kalian?"
Kembar ini sangat antusias dengan pertanyaan itu. Terlihat dari bagaimana penulis buku Best Seller dengan judul "Filled" ini tersenyum bersamaan. Senyuman yang mengisi mereka berdua seperti judul bukunya. Dipertemukan secara tidak sengaja di perayaan Hari Disabilitas Internasional, alun-alun kota jadi saksi pertemuan penuh haru itu.Â
Khairani berkata, "Saya sangat senang karena ada kaki yang menggerakkan saya kemana pun saja inginkan.." Khairana menukas, "Justru saya yang sangat bersyukur punya mata yang dapat menuntun saya kemana pun saya mau.." mereka tergelak dengan jawaban masing-masing.Â
Sebab kejadian yang menimpa keluarga mereka mengharuskan untuk berpisah sejak usia 3 tahun dengan alasan ekonomi, kemudian kejadian mengerikan lainnya datang silih berganti hingga Khairani yang kehilangan sepasang kaki akibat tergilas truk bersopir mabuk sedangkan Khairana kehilangan penglihat akibat benturan hebat dengan atap angkot yang ugal-ugalan, menghantam bagian belakang kepalanya.
Acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional setiap tanggal 3 Desember hari ini penuh arti. Bertepatan dengan hari bertemunya benang takdir setelah berpisah walau sebenarnya tidak pernah. Khairani memberi aba-aba, "Satu, dua, tigaa!"
Khairani dan Khairana berteriak,
"Selamat Hari Disabilitas Internasional!"
Teriakan mereka yang disiarkan melalui virtual mengakhiri acara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H