Extended Reality: Mengubah Masa Depan Belanja E-Commerce dengan Pengalaman Imersif
Teknologi Extended Reality (XR), yang meliputi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR), telah membuka dimensi baru dalam dunia e-commerce. Dengan semakin berkembangnya persaingan di pasar digital, perusahaan e-commerce berusaha keras untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih interaktif dan imersif bagi konsumen mereka. Dalam hal ini, artikel yang ditulis oleh Hong Chen, Hongxiu Li, dan Henri Pirkkalainen berjudul "How Extended Reality Influences E-Commerce Consumers: A Literature Review" (2024) mengkaji peran XR dalam memengaruhi perilaku konsumen di platform e-commerce. Melalui tinjauan literatur komprehensif, artikel ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana XR mampu meningkatkan pengalaman belanja konsumen dan, pada gilirannya, memperkuat loyalitas serta niat beli konsumen.
Menurut artikel ini, penggunaan teknologi XR di sektor e-commerce diperkirakan akan tumbuh pesat, mengingat adopsi global yang terus meningkat. Hingga 2022, pasar global XR mencapai $30,7 miliar, dan angka ini diprediksi akan tumbuh menjadi $300 miliar pada tahun 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh kemampuan XR untuk menawarkan visualisasi produk yang lebih kaya dan pengalaman interaktif yang memungkinkan konsumen "mencoba" produk secara virtual sebelum memutuskan untuk membeli. Seiring dengan perkembangan ini, studi yang dilakukan Chen, Li, dan Pirkkalainen juga menunjukkan bahwa lebih dari 70% konsumen yang menggunakan AR selama belanja online merasa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan pembelian.
Namun, meskipun potensi teknologi XR sangat besar, adopsinya masih menghadapi tantangan terkait kompleksitas teknologi dan penerimaan konsumen. Tidak semua konsumen merasa nyaman menggunakan teknologi baru ini, dan banyak di antara mereka masih lebih memilih cara belanja tradisional melalui platform e-commerce konvensional. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana XR memengaruhi konsumen e-commerce menjadi sangat penting bagi perusahaan yang ingin mempertahankan daya saing di era digital ini.
***
Menurut temuan dalam artikel "How Extended Reality Influences E-Commerce Consumers: A Literature Review" oleh Chen, Li, dan Pirkkalainen (2024), Extended Reality (XR) menawarkan manfaat besar bagi konsumen e-commerce dengan cara meningkatkan kualitas visual dan interaktivitas selama proses belanja. Teknologi seperti Augmented Reality (AR) memungkinkan pengguna untuk memvisualisasikan produk dalam konteks dunia nyata, seperti menempatkan furnitur di ruangan mereka atau mencoba pakaian secara virtual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% pengguna AR merasa lebih yakin terhadap produk setelah menggunakannya, sementara 60% konsumen melaporkan bahwa pengalaman belanja mereka menjadi lebih menyenangkan dan memuaskan (Chen et al., 2024).
Pada aspek psikologis, teori Telepresence memainkan peran penting dalam pemahaman mengenai dampak XR. Konsumen yang merasa lebih "terhubung" dengan lingkungan virtual saat berbelanja cenderung memiliki pengalaman yang lebih positif. Artikel ini juga menggunakan Model Stimulus-Organism-Response (SOR) untuk menganalisis bagaimana XR memengaruhi perilaku konsumen. Visualisasi produk 3D yang mendalam dianggap sebagai stimulus kuat yang memengaruhi kognisi dan emosi pengguna, yang pada akhirnya meningkatkan niat beli mereka. Sebagai contoh, visualisasi imersif produk elektronik seperti smartphone atau televisi melalui VR memungkinkan pengguna untuk menilai produk dengan cara yang lebih interaktif daripada hanya melihat gambar statis.
Namun, meskipun hasilnya sangat menjanjikan, ada beberapa tantangan besar yang harus diatasi untuk mencapai adopsi massal XR dalam e-commerce. Pertama, persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) dan kemudahan penggunaan (Ease of Use) dari teknologi ini sangat mempengaruhi adopsi konsumen, berdasarkan Technology Acceptance Model (TAM). Menurut studi Chen et al. (2024), hampir 35% pengguna masih merasa teknologi XR terlalu rumit untuk digunakan, sementara 28% menganggap perangkat yang diperlukan, seperti headset VR, terlalu mahal. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun XR menawarkan pengalaman belanja yang lebih baik, perusahaan e-commerce harus lebih fokus pada edukasi konsumen dan menyediakan teknologi yang lebih mudah diakses.
Selain itu, dari sisi infrastruktur teknologi, masih banyak tantangan teknis yang harus dihadapi, seperti keterbatasan bandwidth dan kebutuhan akan komputasi yang kuat untuk memastikan pengalaman XR berjalan lancar. Di negara-negara berkembang, di mana infrastruktur internet belum sekuat di negara maju, adopsi XR dalam e-commerce mungkin akan tertinggal.
Terlepas dari tantangan tersebut, potensi XR dalam e-commerce tidak dapat diabaikan. Studi yang dipresentasikan dalam artikel ini menunjukkan bahwa penggunaan AR dan VR dapat meningkatkan tingkat konversi penjualan hingga 25%, terutama untuk kategori produk seperti pakaian, furnitur, dan elektronik (Chen et al., 2024). Teknologi ini memberikan konsumen rasa percaya diri lebih besar dalam mengambil keputusan, yang berujung pada peningkatan niat beli dan loyalitas terhadap merek.
***