Jurnal Elektronik: Persaingan Bisnis di Balik Standar Teknologi Internet
Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, peran internet dan jurnal elektronik menjadi semakin signifikan. Artikel Tony Stankus yang berjudul "The Business and Technological Warfare Affecting the Internet and Electronic Journals: Terminology of Major Hardware and Software Components and Competing Strategies of Major Players" (1999) membahas bagaimana persaingan di antara perusahaan teknologi besar mempengaruhi perkembangan internet dan distribusi jurnal elektronik. Stankus menjelaskan bahwa perpustakaan dan penerbit jurnal elektronik dihadapkan pada tantangan untuk memilih teknologi yang tepat agar tidak tertinggal dalam perlombaan inovasi. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, perangkat keras dan lunak harus diperbarui secara berkala untuk tetap relevan. Stankus menyebutkan bahwa perpustakaan, yang menjadi konsumen utama jurnal elektronik, sering kali harus berurusan dengan biaya besar untuk mengikuti tren teknologi terbaru, seperti standar TCP/IP dan HTTP yang menjadi tulang punggung distribusi konten di internet.
Pada tahun 1999, sekitar 70% jurnal sains sudah mulai beralih ke format elektronik, dan perpustakaan global menghabiskan anggaran yang signifikan untuk mengadopsi platform-platform baru ini (Stankus, 1999). Namun, perkembangan ini tidak hanya membawa manfaat, tetapi juga risiko, terutama bagi institusi yang tidak mampu mengikuti laju perubahan teknologi. Artikel ini memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Sun Microsystems dan Microsoft bersaing untuk mendominasi pasar dengan teknologi seperti Java dan Windows NT, yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam mengelola dan mendistribusikan konten jurnal elektronik. Persaingan ini menciptakan dilema bagi perpustakaan dan penerbit untuk memilih teknologi yang benar-benar efektif dan efisien.
***
Persaingan dalam dunia teknologi internet yang digambarkan Tony Stankus (1999) tidak hanya melibatkan inovasi perangkat keras dan lunak, tetapi juga strategi bisnis yang menentukan bagaimana internet dan jurnal elektronik berkembang. Salah satu isu utama yang dihadapi adalah masalah kompatibilitas antar platform. Perusahaan teknologi seperti Sun Microsystems mengembangkan Java dengan tujuan agar teknologi mereka bisa digunakan di berbagai platform tanpa memerlukan pembaruan besar-besaran setiap kali ada perubahan. Java, yang diperkenalkan pada pertengahan 1990-an, dengan cepat menjadi standar untuk aplikasi web lintas platform karena sifatnya yang fleksibel dan efisien.
Di sisi lain, Microsoft mengadopsi pendekatan yang lebih tertutup dengan mengembangkan Windows NT, sebuah sistem operasi yang mengharuskan pengguna memperbarui perangkat keras mereka secara berkala untuk mendukung perangkat lunak baru. Windows NT mendominasi pasar perangkat lunak di akhir 1990-an, namun membutuhkan investasi besar dari pengguna, khususnya perpustakaan dan penerbit, yang harus terus meng-upgrade sistem mereka. Stankus mencatat bahwa pada saat itu, 90% PC di dunia berjalan pada perangkat lunak Microsoft, yang membuat dominasi Microsoft dalam pasar teknologi sulit untuk dihindari. Menurut Stankus (1999), perusahaan-perusahaan ini bersaing tidak hanya dalam aspek teknis, tetapi juga dalam hal model bisnis, di mana tujuan akhirnya adalah mengamankan pangsa pasar yang lebih besar.
Sebuah studi yang dilakukan di tahun 1998 menunjukkan bahwa anggaran teknologi di perpustakaan untuk berlangganan jurnal elektronik meningkat sebesar 15% per tahun akibat perlunya pembaruan perangkat keras dan lunak. Hal ini menunjukkan bagaimana persaingan antar perusahaan teknologi tidak hanya berdampak pada industri teknologi itu sendiri, tetapi juga pada sektor pendidikan dan informasi. Perpustakaan, sebagai konsumen besar dari jurnal elektronik, harus memilih antara investasi pada teknologi yang lebih mahal namun berkelanjutan atau beralih ke solusi yang lebih fleksibel tetapi mungkin tidak memiliki fitur-fitur lengkap. Selain itu, Stankus juga menekankan bahwa e-journal saat itu sebagian besar bergantung pada SGML dan HTML, dua bahasa pemrograman yang memungkinkan distribusi konten secara lebih efisien di internet.
Namun, masalah muncul ketika institusi harus memilih antara format yang lebih berat seperti PDF, yang memberi tampilan jurnal yang lebih familiar dan terstruktur, atau HTML, yang lebih dinamis namun kadang kehilangan detail visual. Pada tahun 1999, perpustakaan yang mengadopsi PDF menghabiskan lebih banyak bandwidth, sedangkan pengguna HTML harus berkompromi dengan estetika dan kualitas dokumen. Strategi ini menunjukkan adanya perbedaan prioritas antara efisiensi biaya dan kualitas tampilan, yang merupakan bagian dari persaingan bisnis di balik teknologi internet.
***
Pada akhirnya, artikel Tony Stankus (1999) menyoroti bagaimana persaingan teknologi di era internet berdampak luas pada distribusi jurnal elektronik dan perpustakaan. Perpustakaan dihadapkan pada pilihan sulit: mengikuti perkembangan teknologi dengan biaya yang tinggi atau memilih alternatif yang lebih ekonomis tetapi kurang canggih. Stankus menyarankan agar institusi memahami dengan baik teknologi yang mereka adopsi untuk memaksimalkan anggaran, terutama ketika berhadapan dengan pemain besar seperti Microsoft dan Sun Microsystems, yang masing-masing menawarkan solusi berbeda.
Implikasi dari persaingan ini sangat signifikan. Sebuah studi Gartner (1999) memperkirakan bahwa 60% dari institusi besar mengalokasikan hingga 25% anggaran teknologi mereka untuk pembaruan sistem, sebagai upaya untuk tetap relevan di era digital. Hal ini menunjukkan bahwa di masa depan, perpustakaan dan penerbit harus lebih strategis dalam memilih teknologi yang tidak hanya efisien tetapi juga berkelanjutan, guna memastikan kelangsungan akses informasi bagi publik.