Mohon tunggu...
Alfarizi Akbar
Alfarizi Akbar Mohon Tunggu... -

Hidup itu baiknya seperti karya tulis. setiap kali kita membacanya, akan selalu ada hal yang perlu kita perbaiki.\r\nagar terus melangkah dinamis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sertifikat Dari Allah

19 Maret 2012   00:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:50 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13321175111739696796

Pagi itu setelah shalat subuh, saya terkesima akan keajaiban dan pesona shodaqohyang dipaparkan oleh Ustadz Yusuf Mansyur. Dalam kisah seorang Satpam yang menginfaqkan gaji satu bulannya dan tergantikan 10 kali lipat oleh Allah Swt. Berangkat dari sana, saya berniat mengikuti saran dari beliau. Meskipun saya hanya punya motor butut Honda C70 hasil kerja dahulu. Sampai dikampus saya mulai mengetik mengenai iklan penjualan motor untuk saya infaq-kan. Setelah selesai, Lalu dengan memanfaatkan Wifi kampus, saya mulai membuka kompasiana.com

Subahanallah, luar biasa sekali rahasia dari Shadaqoh. Pada kompasiana.com terpampang jelas mengenai acara workshop novel Negeri 5 Menara. Saya begitu bersyukur, meskipun motor saya belum laku dan terinfaqkan, namun Allah telah membayarnya dengan menganugrahkan saya untuk mengetahui dan mengikuti acara yang diselenggarakan Bank Indonesia dan IB Syari’ah bersama Kompasiana secara GRATIS. Seketika itu saya memberi kabar kepada sang kekasih,Indah. dia memang telah berjasa besar mengenalkan Novel N5M kepada saya. Tidak lupa saya meminta ijin untuk absen dalam acara rapat pers Fakultas di hari Sabtu, yang kebetulan bertabrakan dengan acara ini.

Perlu diketahui, dulu pandangan saya yang berdasarkan pengalaman pribadi dimasa kecil terhadap anak pondok, sangatlah Negative. Beberapa dari mereka terkesan liar dan brutal pasca keluar dari pondok. terkesan seperti burung yang baru keluar dari sangkar. Namun, hal itu berubah 360 derajat ketika saya selesai membaca novel N5M. Bahkan, saya sempat berpikir bila waktu boleh diatur mundur, saya ingin sekali merasakan anugerah kehidupan di Pondok Moderen Gontor, Hehe. Seperti yang telah dirasakn oleh penulisnya Cak Ahmad Fuady.

Tidak puas hanya membaca novelnya, saya bersama Indah dan teman yang lainnya juga menikmati film Negeri 5 Menara. Untuk kesekian-kalinya kami dibuat takjub oleh mantra ajaib Man Jadda Wajada” siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Lalu, Indah nyeletuk“ingin rasanya aku dan mas bisa bertemu dan berfoto dengan Cak Fuady”. Sungguh luar biasa,besok celetukanmu yang terkesan mustahil itu akan segera terwujud,Indah.

Waktu yang dinantikan itupun tiba, karena tidak mau terlambat setelah shalat subuh saya memacu kendaraan Honda C70 kearah Sidoarjo untuk menjemput Indah dan bertolak lagi ke Surabaya. Tepatnya gedung Bank Indonesia. Karena masih jam 08.00 saya mengajak indah untuk sekedar berkeliling di sekitar areal Tugu Pahlawan.

Setelah dirasa cukup, kami kembali menuju Bank Indonesia. Suasana ini cukup asing bagi saya, karena terakhir saya memperhatikan BI ketika dipenuhi beragam orang yang hendak menukarkan uang untuk dibagikan saat lebaran. Ketika masuk, kami disambut ramah oleh dua orang satpam yang mengarahkan kami menuju gedung Singosari, tempat acara workshop ini berlangsung. Rupanya, disana telah berkumpul para Sohibul Kompasianers.

Ketika hendak masuk ruangan, kami diminta mengisi data. Selanjutnya kami diberi bekal kartu peserta sekaligus tas yang berisi didalamnya ada Kaos, notebook, dan kue. Suasana ruang ini seperti dalam nuansa seminar yang bernilai ratusan ribu. Cak Rio merupakan pemandu atau MC selama acara berlangsung. Di sisi lain, acara yang spektakuler ini akan diisi oleh 4 Serangkai yakni, Cak Johan Wahyudi selaku pengajar sekaligus penulis buku yang aktif didunia pendidikan, Cak Jay merupakan penulis senior dan berkat tulisannya bisa berkeliling Indonesia serta berhasil datang dengan hasil royalti dari menulis yang baru turun, Cak Zulkarnaen wartawan senior kompas sekaligus redaksi kompasiana, dan penulis novel N5M Cak Ahmad Fuady. (Cak adalah panggilan akrab arek Surabaya)

Acara pertama diisi oleh, Cak Johan. Beliau berhasil menghipnotis para peserta dengan kiat menulis untuk masa depan. Disamping itu, beliau juga memaparkan banyak sekali keuntungan menjadi penulis. Dalam sisi relgius, menulis menjadi sarana berdakwa sekaligus pengembang ilmu.Menambah kewibawaan dan kesahajaan, serta mendapat bonus menikmati keuntungan finansial.

Cak Johan juga menyikapi kritikan dalam perspektif yang positif. Karena, ketika seseorang mengkritik kita, itu berarti orang tersebut jujur dan kritikannya dapat dijadikan bahan evaluasi. Lalu, dalam menulis kita perlu menggandeng beberapa pihak misalnya, pakar ilmu, Bahasawan (linguistic) dan penerbit. Beliau juga menambahkan kunci sukses dalam menciptakan buku adalah “Ketekunan”. Setelah itu, “bila naskah kita perlu direvisi, maka ikutilah saran tersebut. Bila ternyata naskah itu tembus, bersikaplah ringan kaki. Maksudnya berbagi dengan pihak-pihak yang telah berjasa atas keberhasilan naskah kita”, ungkap Cak Johan mengakhiri sesi pertama.

Sesi kedua merupakan sesi yang paling ditunggu oleh para peserta. Ya, pada sesi ini penulis N5M, Cak Fuady akan mengisinya. Sebelum acara berlangsung, peserta blogshop kompasiana kembali dimanjakan dengan hidangan nasi bebek express yang menggugah selera. Karena telah waktunya Dzuhur peserta dipersilahkan menjalankan shalat dan segera kembali jam 13.00, ungkap Rio.

Tidak terasa Cak Fuady telah memasuki ruangan, secara spontan para Sohibul Kompasianers menghampiri beliau dengan beragam permintaan foto dan tanda tangan yang dibubuhkan pada novel para Sohibul Kompasianers yang telah dipersiapkan sejak tadi. Namun, mereka harus rela kecewa, karena Cak Fuady telah dipanggil oleh Cak Rio untuk segera mengisi sesi kedua.

Ketika acara berlangsung, saya seakan kembali pada masa perjuangan 10 November. Saya melihat Cak Fuady seperti Bung Tomo yang kali ini tengah membangkitkan semangat para Sohibul Kompasiana dalam dunia menulis melalui pemutaran video Cak Fuady selama proses pengerjaan N5M. “Sebenarnya setiap orang itu memiliki bakat menulils meskipun hanya dalam SMS”, ungkap Cak Fuady sebagai kalimat pembuka. Beliau juga menambahkan, “menulis harus menjadi hal yang menyenangkan”.

Selanjutnya untuk menggapai itu, kita perlu kunci yakni, Why, What, When, dan How. Why? Mengapa kita menulis?. Ada baiknya sebelum kita menulis, kita berdialog dengan diri sendiri untuk menemukan jawaban mengapa kita menulis? Bila telah terjawab, saatnya meluruskan niat karena hal itu akan menjadi “suntikan stamina yang tidak putus”.

What, apa yang akan kita ditulis? Cak Fuady menggambarkan Dalam menulis, tema haruslah yang dikuasai bukan semata senang belaka. Mengenai topik yang akan ditulis, hal itu harus muncul dari kepedulian dan sang penulis senang melakukannya.

How? Bagaimana kita dapat menulis dengan baik? Kekuatan luar biasa berasal dari refferensi yang bersumberkan pada Buku lainnya (buku, kamus, thesaurus), data foto yang dimiliki, diary dan catatan pribadi kita beliau telah membuktikannya. Maka dari itu riset itu sangat penting ketika hendak menulis. Bahkan beliau sampai membaca kembali surat yang dikirimkan Cak Fuady ke Amak sewaktu digontor ketika hendak menulis novel N5M

.When? ketika dua kunci diatas telah terpenuhi, kapan kita mulai menulis? Beliau teringat ketika hendak kemari, beliau menonton bareng N5Mdi Ciputra XXI, kala itu ada waktu senggang. Beliau, mojok sendiri untuk menulis kelanjutan dari novel Ranah 3 Warna. Semoga segera terbit, ^_^. Maka,yang penting apapun yang ada dikepala kita keluarin saja, asalkan hal itu positif. Cicil setiap hari, Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi Buku!, Manulislah seputar apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan.

Sebelum memasuki sesi Tanya-jawab, Cak Fuady menjelaskan bahwa sebagian royalty dari novel dan film N5M juga disumbangkan untuk infaq dan telah menciptakan Komunitas Menara yang memberikan sumbangsih “Sekolah Gratris”. Disini terlihat antusisame para Sohibul Kompasianers yang ingin bertanya. Beberapa dari peserta memang terlihat mbulet dalam bertanya, bahkan terkesan curhat sehingga menyusahkan karena tidak langsung pada intinya. Namun, saya melihat tidak ada raut muka sebal ataupun jengel pada wajah Cak Fuady. Meskipun telah tenar beliau tetap rendah hati dan menjawab pertanyaan para peserta dengan sabar diselengi guyonan. Diakhir sesi, para peserta kembali berfoto-ria dengan Cak Fuady. Sebelum berlanjut, acara coffee break menjadi penghangat ditengah dinginnya AC ruangan Singosari.

Pada sesi ketiga, yang mengisi adalah Cak Iskandar. Beliau menyuguhkan sesuatu yang berbeda yakni, “unsur kretif dalam menulis”. Karena informasi yang datang silih berganti, apapun bisa menjadi bahan tulisan, dan ide cemerlang bisa datang dari berbagai tempat. Lantas, apakah semuanya harus ditulis? Beliau menambahkan, “Prioritaskan mana yang pantas ditulis dan layak untuk dibaca”.

Untuk menggapainya, beliau memiliki resep khusus yakni, “have a focus, just do it, find meaning, think different, and stay on target”. Setelah resep diatas telah dilakukan, perlu adanya pelengkap. Yakni, dalam memaparkan informasi kita perlu mengumpulkan fakta dan data selengkapnya. Akan lebih hidup bila diselipi Foto atau Video.

Mengenai Cak Jay, beliau tidak banyak omong. Namun, beliau langsung membuktikannya dengan berdirinya Cak Jay dalam ruangan ini adalah berkat kesungguhannya dalam menulis. Disamping itu beliau juga telah menciptakan banyak buku, diantaranya telah diterima oleh para Sohibul Kompasianers yang beruntung dalam acara tersebut. Acara ditutup dengan foto bersama. Sungguh pengalaman dan anugerah yang luar biasa bagi para Sohibul Kompasianers, khusunya saya dan Indah.

Pada umumnya, acara seperti ini kita akan mendapatkan sertifikat sebagaibukti telah mengikuti acara ini. Namun, hal itu tidak terjadi disini. Karena bagi kami, sertifikat itu telah diserahkan langsung oleh Allah Swt di hati Sohibul Kompasianers, melalui ilmu yang sangat bermanfaat selama acara workshop berlangsung.

Ketika perjalanan pulang, saya dan Indah merasa sangat puas. Karena, kami telah membuktikan gaya pacaran yang bermanfaat. Sekaligus membuktikan komitmen kita yang sama yakni,” Dunia bukanlah milik kita berdua. Melainkan Kita berdua adalah milik dunia, dengan menjadi manusia yang bermanfaat”. Dengan mengikuti acara seperti ini, dan membagikan ilmu yang kita peroleh, kepada teman-teman. Terima kasih Kompasiana, BI, Islamic bank, beserta pihak yang terkait dalam menyelenggarakan acara spektakuler ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun