Mohon tunggu...
Tugas Kelompok MKWU
Tugas Kelompok MKWU Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hanif Amri Lubis 2411132017 Muhammad Hibatullah 2410112107 Alfarizi Mulyana 2410113130 Muhammad Daffa 2410112033 Muhammad Dzakwan Rafa 2410111112

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial Sebagai Pisau Bermata Dua: Antara Manfaat Dan Resiko Ujaran Kebencian

4 Desember 2024   15:33 Diperbarui: 4 Desember 2024   16:50 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan
      Di era digital saat ini, media sosial telah mengubah cara manusia berinteraksi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri. Dengan hanya beberapa ketukan di perangkat pintar, individu dapat menghubungkan diri dengan ribuan, bahkan jutaan orang lainnya dari berbagai belahan dunia. Media sosial, sebagai alat komunikasi massa yang efisien, menjadi platform yang memiliki potensi besar dalam memperkuat hubungan sosial dan menyebarkan informasi yang bermanfaat. Namun, sebagaimana pisau yang bermata dua, media sosial juga membawa sejumlah resiko yang tidak bisa dianggap remeh. Salah satu masalah serius yang muncul adalah penyebaran ujaran kebencian. Di bawah topeng anonimitas atau bahkan identitas nyata, tidak sedikit individu yang menggunakan media sosial sebagai arena untuk menyebarkan pesan-pesan kebencian, baik yang berdasarkan suku, agama, ras, gender, maupun aspek-aspek sensitif lainnya. Fenomena ini telah menimbulkan keretakan sosial, menimbulkan polarisasi masyarakat, dan bahkan mengancam keharmonisan kehidupan berbangsa. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana media sosial bertindak sebagai pedang bermata dua, menimbang antara manfaatnya dalam memajukan komunikasi dan interaksi sosial serta risiko yang ditimbulkan oleh ujaran kebencian yang tersebar di dalamnya (Lidwina, 2023).

Pembahasan
     Media sosial, dalam perannya sebagai wadah komunikasi dan interaksi sosial, telah meredefinisi batas-batas ruang dan waktu, menghubungkan orang-orang dari berbagai penjuru dunia dengan cara yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Kemampuannya untuk memfasilitasi komunikasi dan interaksi yang efisien dan efektif, terlepas dari jarak geografis, menjadikannya alat yang sangat berharga dalam era globalisasi saat ini. Salah satu manfaat penting dari media sosial adalah peningkatan akses kepada informasi. Pengguna dapat menemukan berita, pengetahuan, dan informasi terbaru dengan cepat. Hal ini terutama penting dalam situasi darurat atau krisis, di mana kecepatan penyebaran informasi bisa menyelamatkan nyawa. Contohnya, selama bencana alam, orang bisa menggunakan media sosial untuk berbagi update situasi real-time, lokasi aman, dan cara evakuasi, sehingga membantu upaya penyelamatan dan mitigasi dampak bencana. Selain itu, media sosial memungkinkan kolaborasi dan partisipasi dalam skala besar. Platform-platform ini memberikan kesempatan bagi individu untuk berpartisipasi dalam inisiatif sosial, kampanye kesadaran, dan kegiatan filantropi. Misalnya, banyak kampanye penggalangan dana berhasil mengumpulkan jutaan dolar untuk berbagai penyebab mulia melalui media sosial. Ini menunjukkan potensi media sosial dalam meningkatkan kesadaran dan mendukung aksi sosial yang signifikan. Media sosial juga berperan penting dalam pendidikan dan pembelajaran seumur hidup. Platform seperti YouTube, dengan jutaan tutorial gratis, atau web seminar di media sosial, memperluas akses ke pendidikan berkualitas dan membantu orang untuk memperoleh keterampilan baru serta meningkatkan pengetahuan mereka di berbagai bidang.
Dari perspektif bisnis, media sosial telah menjadi alat penting dalam pemasaran dan komunikasi merek. Dengan penggunaan strategis media sosial, perusahaan kecil dan besar dapat menjangkau audiens yang luas, meningkatkan kesadaran merek, dan bahkan mengarahkan penjualan. Namun, manfaat ini juga diiringi dengan tanggung jawab untuk menggunakan media sosial dengan bijak. Edukasi digital dan kesadaran tentang dampak sosial dari konten yang dibagikan menjadi kunci untuk meminimalkan risiko penyebaran ujaran kebencian dan menjaga media sosial sebagai ruang yang aman dan mendukung untuk semua penggunanya (Guntoro, 2019).
Media sosial, dengan segala kemudahan akses dan penggunaannya, telah berkembang menjadi sarana yang luas digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk untuk menyampaikan pikiran dan opini individual. Kendati media sosial memiliki manfaat dalam memperluas jangkauan komunikasi dan memungkinkan pertukaran informasi dengan cepat, faktor anonimitas dan keterbukaan platform ini menimbulkan beberapa isu serius, salah satunya adalah penyebaran ujaran kebencian. Faktor anonimitas memungkinkan individu merasa lebih berani menyatakan pendapat atau komentar negatif yang mungkin tidak mereka ucapkan secara langsung atau dalam kehidupan nyata. Ditambah lagi, algoritma media sosial yang didesain untuk memperkuat engagement seringkali secara tidak sengaja mempromosikan konten yang polarisatif atau provokatif, termasuk ujaran kebencian (Darusman, 2021).
Fenomena ini memberi dampak signifikan terhadap masyarakat dan interaksi sosial. Di satu sisi, penyebaran ujaran kebencian dapat merusak struktur sosial dengan menimbulkan retak dan polarisasi antar kelompok masyarakat. Hal ini terjadi karena ujaran kebencian cenderung mempertegas perbedaan, mengentalkan prasangka, dan memperdalam jurang pemisah antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, dalam kasus ujaran kebencian berbasis agama atau etnis, hal ini dapat memicu konflik komunal yang meluas, menghancurkan kehidupan sosial yang harmonis. Lebih jauh, penyebaran ujaran kebencian di media sosial juga bisa mengganggu kesehatan mental individu. Individu yang secara rutin terpapar pada ujaran kebencian atau menjadi target dari pesan-pesan tersebut mungkin akan mengalami tekanan psikologis, stres, dan bahkan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Jika tidak ditangani, hal ini bisa mengakibatkan dampak yang lebih luas, seperti terganggunya produktivitas individu dan menurunnya kohesi sosial.
Terkait dengan interaksi sosial, sementara media sosial seharusnya memberikan wadah positif untuk membangun dan memperkuat hubungan, penyebaran ujaran kebencian justru menciptakan lingkungan yang toxic. Lingkungan media sosial yang penuh dengan ujaran kebencian membuat individu menjadi lebih skeptis dan waspada dalam berinteraksi, mengurangi kemampuan untuk berempati, dan meningkatkan kesalahpahaman serta konflik. Sebagai hasilnya, potensi positif media sosial dalam memfasilitasi dialog dan pemahaman antarkultural menjadi terkendala. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut, menjadi jelas bahwa media sosial memainkan peran ganda, tidak hanya sebagai alat yang memberdayakan tetapi juga alat yang dapat merusak. Tanpa pendekatan yang hati-hati dari semua pihak yang terlibat, termasuk pengguna, platform media sosial, dan pembuat kebijakan, potensi negatif media sosial, khususnya dalam penyebaran ujaran kebencian (Jalu, 2017).
 
Kesimpulan
     Media sosial telah merevolusi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi, menghapus batasan ruang dan waktu, dan memberi akses luas kepada informasi dengan cepat, terutama dalam situasi darurat. Ia mendukung kolaborasi sosial dan partisipasi dalam skala besar, mempengaruhi pendidikan dengan menyediakan sumber belajar yang beragam, dan memainkan peran vital dalam pemasaran bisnis. Namun, penggunaan media sosial harus dilakukan secara bijak untuk menghindari dampak negatif, seperti penyebaran ujaran kebencian yang dapat merusak hubungan sosial dan kesehatan mental individu. Anonimitas dan algoritma yang mendorong engagement telah berkontribusi pada polarisasi dan penyebaran konten provokatif. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat, mengurangi empati, dan menghambat dialog antarkultural. Oleh karena itu, media sosial memiliki dua sisi; sebagai alat pemberdayaan yang menghubungkan dan mendidik, serta sebagai sarana yang dapat memicu konflik dan merusak kohesi sosial. Kunci untuk mengoptimalkan manfaat dan meminimalkan risikonya adalah melalui edukasi digital dan kesadaran kolektif tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun