Di Pintu Gerbang Tol Pasteur Bandung setiap akhir pekan selalu menjadi ajang adu kesabaran Pengguna jalan Tol sebelum memasuki kota Bandung, terlebih lagi bila ada libur panjang maka kemacetan bisa berkilo-kilo meter sehingga untuk mencapai pintu gerbang Tol bisa memakan waktu 2 jam bahkan lebih. [caption id="" align="aligncenter" width="673" caption="Sumber : liputan6.com"][/caption]
Saudara saya, sebut Kang Eded, tinggal di Jakarta dengan istri dan 3 orang anak, orangnya amat sibuk sehingga jarang bepergian. Di suatu liburan yang panjang istrinya mengajak dia berekreasi ke Bandung bersama anak-anak untuk sekedar refreshing, niatnya ingin mengunjungi Factory Outlet untuk mencari pakaian dan juga berwisata Kuliner. Singkat cerita di Jumat sore itu mereka sudah hampir tiba di Bandung dan hanya tinggal beberapa kilometer sebelum Gerbang Tol Pasteur, setelah melaui perjuangan panjang sejak dari Jakarta karena di beberapa tempat kendaraan berjalan pamer (padat merayap). Tapi kali ini benar-benar berhenti dan tiap beberapa menit hanya berjalan beberapa belas meter untuk kemudian berhenti lagi, begitu dan begitu saja yang terjadi sehingga hari sudah mulai gelap dan Kang Eded sudah mulai enggak sabaran dengan keadaan ini, apalagi anak-anak di mobil sudah ribut dari tadi ingin cepat sampai. [caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Sumber : http://sisihidupku.files.wordpress.com"]
Tiba-tiba di samping mobil melintas seorang Pedagang Asongan dan Kang Eded membuka kaca jendela mobil lalu bertanya : "Kang aya naon?", maksudnya : "Bang ada apa?". Pedagang Asongan : "Oooh ... ini Pak Haji ada gemblong..... silahkan mumpung masih hangat." katanya dengan wajah yang sumringah, memang kebiasaan orang di Bandung, terutama Pedagang, akan memanggil Pak Haji kepada laki-laki dan Bu Haji kepada wanita. "Bukaaaan .... maksudnya macet ini KENAPAAAA!," kata Kang Eded agak kesal, "Ada apa di depan?"Â lanjutnya lagi dengan suara yang melunak lagi. "Oooooooh yang itu Pak Haji" kata Pedagang Asongan sambil cengengesan, "itu mah sudah biasa Pak Haji, kalau mau liburan begini suka macet." "Kumaha barade gemblongna" katanya lagi, yang maksudnya "Bagaimana dengan gemblongnya mau beli apa tidak?". Ya sudah Kang Eded akhirnya membeli gemblongnya 2 kantong plastik seharga Rp 10.000, kemudian Pedagang Asongan itu berkata : "Nuhun (terima kasih) pak Haji", kemudian berlalu sambil berkata : " Ngararisan (penglarisan)." sambil mengipas-ngipas uang Rp 10.000 tadi pada jualannya. Salam Gemblong Ketan. Catatan :
- Dialog di atas sebetulnya dilakukan dalam Bahasa Sunda, sebagaimana disampaikan saudara saya, tetapi saya terjemahkan untuk artikel ini.
- Gemblong adalah makanan yang terbuat dari Ketan yang ditumbuk lalu digoreng kemudian dicelupkan kedalam Gula Merah cair kemudian ditunggu kering.
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Sumber : http://4.bp.blogspot.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H