Sumber : defenseone.com
Dimulai dari mimpi Angkatan Udara AS pada 1990-an sebagai bagian penting dari superioritas militer AS di abad berikutnya, pesawat F-22 Raptor yang ramping dan mampu menghindari radar ini akhirnya terlihat pada pertempuran yang merupakan debut pertamanya. Pesawat tempur ini tidak pernah digunakan di Afghanistan ataupun di Irak, merupakan jet tempur terbaru Angkatan Udara AS yang membuat debut pertamanya dalam pertempuran pekan ini yaitu mengambil bagian dalam gelombang kedua serangan udara atas Suriah, demikian menurut Pentagon.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang F-22 :
- Misi tempur pertamanya terlibat pemboman bangunan Komando dan Kontrol dari kelompok Isis di Raqqa. Selama briefing di Pentagon pada hari Selasa, Letjen William Mayville menunjukkan slide sebelum dan sesudah serangan udara ke sasaran dan tembakan F-22 menunjukkan hasil yang sukses, dengan menghancurkan pusat komando dan kontrol tersebut.
- Dikembangkan oleh Lockheed Martin, dengan sub-kontraktor utama seperti Boeing, sebagai jet tempur abad ke-21 untuk menggantikan berbagai model pesawat F-15 tua. Dengan desain siluman (stealth), pesawat F-22 dibangun untuk menghindari radar dan memiliki mesin kembar yang memungkinkan untuk terbang lebih cepat dari kecepatan suara tanpa memboroskan bahan bakar pada saat afterburner. Produksi pertama F-22 Raptor dimulai pada tahun 1999 dan dikirim ke Angkatan Udara pada tahun 2002 dan yang terakhir diserahkan pada tahun 2012.
- Pesawat F-22 tampil dengan harga yang lumayan mahal. Masing-masing berharga rata-rata $ 190 juta. Lebih dari 190 jet tempur F-22 yang diproduksi untuk militer AS, termasuk delapan pesawat uji.
- Program Raptor ini dilanda oleh pembengkakan desain dan biaya. Ketika F-22 ini diresmikan pada tahun 1997, kritikus mengeluhkan mahalnya program ini. Pada saat itu, Angkatan Udara memesan sebanyak 438 pesawat F-22, dengan biaya sekitar $ 45 miliar dan pesanan ini akhirnya diturunkan secara tajam pada tahun 2010, Menteri Pertahanan Robert Gates mengatakan kepada Kongres ia bersedia untuk memotong program F-22 karena terlalu mahal dan produksinya kemudian ditutup.
Sumber : LA Daily News, September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H