[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Sumber gambar : www.holocaustresearchproject.org"][/caption] Pada saat kampanye Pilpres yang baru saja selesai, saya melihat salah seorang Pesohor kita mengenakan yang konon merupakan seragam SS, dan hal ini memancing kontroversi bukan saja di Indonesia akan tetapi juga sampai ke luar negeri. Seketika pikiran saya surut ke belakang teringat pada waktu kecil orangtuaku bercerita bahwa SS pernah beraktifitas di Pulau Jawa pada waktu sebelum Perang Dunia II meletus, dan ingatan saya mengembara teringat kepada seorang teman yang Ayahnya, menurut cerita orangtuaku waktu itu, adalah seorang anggota SS. Beliau berusia sekitar 50-an, perawakaannya tinggi besar, berkumis menjadikannya tampak sangat berwibawa , apalagi kalau beliau sudah mengenakan seragamnya yang berwarna abu-abu tua dan dipinggang tergantung peralatan dinasnya, jadilah beliau sosok yang sangat disegani dan dihormati. Akan tetapi setelah saya teliti seragam SS yang kemarin diributkan itu kok sama sekali berbeda dengan yang ayah teman saya suka kenakan, saya ingat sekali seragamnya itu berwarna abu-abu tua, berlengan pendek serta tidak ada atribut, badge atau emblem apapun, dan saya meyakini betul kebenaran cerita orangtua saya bahwa ayah teman saya itu anggota SS, jadi keasliannya pasti bukan KW-KW-an.
Lambang Shutzstaffel : http://artofheraldry.blogspot.com
Penasaran kok berbeda? Lalu saya membuka-buka catatan sejarah sambil mengingat-ingat mengenai hal ini untuk mencari benang merah antara keberadaan SS di Pulau Jawa sebelum Perang Dunia II, Ayah teman saya dengan seragamnya, dan kaitannya dengan seragam yang sempat menjadi bahan kontroversi di media massa ini. Dan setelah mengungkap catatan maupun primbon ternyata SS yang dimaksud oleh orangtua saya adalah “Staatsspoorwegen” yang dalam perjalanannya berubah menjadi DKA (Djawatan Kereta Ap)i lalu berubah menjadi PNKA, kemudian PTKA dan sekarang PT.KAI (Kereta Api Indonesia). Ayah saya jujur dan tidak berbohong mengatakan itu karena setahu beliau ayah teman saya itu sudah menjadi “ambtenaar” sejak jaman Normal atau jaman “voor de oorlog” alias sebelum Perang Dunia II dimana perusahaan kereta api di Indonesia (Pulau Jawa) dinamakan SS, dan tidak ada hubungannya dengan “Shutzstaffel” apalagi dengan Heinrich Himmler. Jaman normal ?, nah hal ini saya tidak pernah paham kenapa orangtua-orangtua dulu menyebut jaman pra kemerdekaan itu sebagai jaman normal, memangnya sekarang apanya yang tidak normal?, karena dari sejak saya lahir di era pasca indonesia merdeka sampai sekarang normal-normal aja tuh. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H