Oleh
Achmad faizaal
Dalam beberapa pekan terakhir dunia anak muda tanah air kembali dihidangkan sebuah berita “kontroversial” dari seorang pemuda berbakat yang berhutang budi pada dunia virtual (youtube & instagram) karena telah berhasil meljitkan pamornya, sebut saja ia Young Lex dan Awkarin. Young Lex adalah seorang rapper keluaran terbaru (berupeko), sementara Awkarin adalah SPG virtual yang bergerak dalam bidang endorsement di instagram.
Akhir-akhir ini nama mereka sering mencuat di berbagai media (media mainstream maupun media sosial) lantaran lagu yang mereka bawakan dinilai cukup kontroversial. Letak kontroversialnya ada pada lirik –lirik lagu dan videoclip lagu tersebut yang dinilai tidak mendidik, immoral serta style yang kebarat-baratan.
Salah satu judul lagu yang dianggap paling kontroversial adalah “bad”. Dalam lirik lagu tersebut telah banyak mengundang kritikan dan hujatan mulai dari youtuber hingga haters. Misalnya sepenggal lirik lagu tersebut yang menyatakan :
“Loe semua lah yang paling benar
Loe semua nilai kita dari luar
Tatoan tapi tak pakai narkoba
Jangan nilai kami dari covernya
I’m bad girl
Bila kau tak pernah buat dosa
Silakan hina ku sepuasnya
Kalian semua suci aku penuh dosa
I’m bad boy
Kau benci ku yang apa adanya
Dan silakan sukai mereka
Yang berlaga baik di depan kamera
Jika kita mencermati lirik lagu tersebut, maka dapat diuraikan makna yang kurang lebih ingin menyatakan ungkapan kekecewaan penyanyi terhadap orang – orang yang selalu menjustifikasi moral seseorang hanya berlandaskan “pakaian” umum yang dikenakan. “Pakaian” seseorang disinyalir telah mampu mendefinisikan sebuah kebenaran, identitas, hingga moralitas seseorang sehingga jika ada individu yang tidak mengenakan “pakaian” yang tidak sesuai ke-umum-an, maka siap-siap dikata tidak bermoral, un-educated, dan semacamnya.
Dekonstruksi status quo dan potensinya
Sejak kemunculan lagu tersebut, beragam macam hate - speech telah dilontarkan kepada mereka berdua, namun tidak sedikit juga yang mendukung mereka. Orang –orang yang mengecam mereka berdua (younglex & Awkarin) cukup berdalih dengan ketidaksesuaian nilai-nilai adab - moralitas yang dianut masyarakat Indonesia secara umum, namun itu tidak menyurutkan “kekaguman” pendukung mereka berdua yang disinyalir diperkuat oleh style Awkarin dan YoungLex yang cukup mampu menjadi kiblat percontohan dalam dunia fashion remaja “modern” Indonesia.