Jika malam memiliki pintu maka ia hanya terbuka jika ia diketuk sebagaiamana gerak angin yang berhembus melalui lubang dinding tanpa bekas, tanpa suara. Begitu juga hati manusia yang kelam meski demikian adanya.
“Kita adalah tamu malam sebab kedatangannya adalah kepastian sementara kedatangan kita padanya adalah kemungkinan”
Malam yang agung, diantara irama kesunyian yang diatur oleh bunyi nyanyian burung dan angin yang menjatuhkan dedaunan. Hujan terjatuh , bunyinya lebih keras karena waktu membentuk keadaan yang berbeda, hanya waktu yang menguatkan suara sebab kesunyian mengajarkan kekuatan mendengar. memampukan jiwa bertamu secara ajaib pada apa yang sulit dimengerti.
Sesosok Lelaki tua memampukan tatapannya sampai pada langit, geraskan kelopak matanya seakan berbeban Siapa yang mengagumi bintang dan bulan adakah ia ditemui jika tak ada malam, ia berhenti berkedip kelopak matanya menahan beban masa lalu juga masa yang akan datang yang menakutkannya.
Suatu waktu yang tidak ia kenali, batas batas ingatan terbuka melampaui kebiasaanya. ada gugatan pada jiwa yang kelam ketika ia disulam rapi berulang,
Malam !!!, aku berulang dalam ketaatanku, keadaanku tak berubah sebagaimana kodratku, kalian memahami berbeda adaku sebab bulan bintang hadir dalam wajahku, sungguh aku berulang saja, sementara jiwa manusia yang memaknainya.
Manusia !!!, bolehkah berulang keadaannya, apakah ia adalah kodratnya, Jiwa berulang sebagaimana keadaan sebelumnya. apakah itu jiwa ataukah hanya kegelapan yang disulam rapi berulang, dipintal dari benang yang bernama lupa , ketika engkau menenun bukankah tenunan terbaik adalah yang engkau bahagia bila menatapnya.
Keheningan memasuki tatapannya, lalu matanya mulai basah, ada gelombang ingatan yang lebih dekat dari pada keadaannya saat itu, setelahnya ia tertunduk “ Tuhan engkau datang dalam keheningan ketika aku melampui kefakiran yang luar biasa’ Jiwa ini telah dialiri kotoran yang dengannya jiwa berhenti mengenal siapa tuannya yang sebenarnya.
Ada satu waktu’ ketika Tuhan datang dengan cara asing” saat manusia tiba tiba merasa sendiri lalu jiwa melampui keadaanya yang biasa, saat itu ia dipanggil oleh pemiliknya untuk mencicipi dosanya sebagai jamuan berharga”.
Asing ketika ada suatu waktu dimana Tuhan dikabarkaan hanya datang kepada orang yang mengumandangkan kebaikan.