Mohon tunggu...
Alfarisma Melandika
Alfarisma Melandika Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta kopi, coklat, hujan, dan senja

Terus belajar dan tidak berhenti belajar karena hidup tidak pernah berhenti mengajarkan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diselamatkan Warung Kelontong

28 November 2022   08:45 Diperbarui: 28 November 2022   12:13 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung kelontong sudah banyak kita temui di mana saja. Warung kelontong merupakan salah satu pilihan usaha para ibu rumah tangga karena simpel dan masih bisa dilakukan di rumah, jadi sambil menjaga warung masih bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dan tidak meninggalkan anak. Untuk modal usahanya pun bisa menyesuaikan, jika modal usahanya masih kecil, bisa berjualan barang-barang yang sering dicari warga saja dulu dengan jumlah terbatas, seperti beras, gula, kopi, teh, tepung, telur, minyak goreng, mie instan, garam, sabun, detergen, pasta gigi, shampoo, dan beberapa snack. Nanti kalau modalnya sudah bertambah, baru bisa diperbanyak lagi jenis dan jumlah barangnya.

Selain pilihan ibu rumah tangga, warung kelontong juga menjadi pilihan bagi para kepala rumah tangga untuk mencari usaha sampingan agar penghasilannya bisa bertambah. Mereka akan berjualan saat pulang kerja atau mulai sore sampai tengah malam. Biasanya mereka membuat warung kecil berupa gerobak di tempat stategis yang banyak dilewati orang. Selain makanan dan minuman kemasan, biasanya mereka juga menjual rokok, pulsa, dan bensin, bahkan ada yang juga menjual kopi dan gorengan.

Kehadiran warung kelontong tentu membantu warga sekitar. Kebetulan di samping kiri dan kanan rumah saya ada warung kelontong. Ada beberapa kali ketika ada tamu kehabisan kopi, teh, atau gula saat hendak membuat minuman. Untung ada warung kelontong di samping rumah, jadi tidak perlu keluar jauh dan tinggal minta tolong anak-anak untuk membelikannya. Atau malam hari ketika nasi dan lauk sudah habis, mie instan merupakan senjata ampuh untuk menyembuhkan perut yang keroncongan saat kehabisan stok makanan, jadi tinggal jalan saja ke warung kelontong sebelah rumah untuk membeli telur atau mie instan.

Atau saat masak di pagi hari, lupa kalau garam sudah sekarat, untung warung kelontong samping rumah sudah buka, jadi bisa langsung beli garam. Kelebihan warung kelontong adalah buka lebih pagi dan tutup lebih malam. Seperti warung kelontong di samping rumah, biasanya jam 6 sudah buka dan tutup jam 10 malam. Bahkan ada warung kelontong yang buka sampai 24 jam, tapi letaknya agak jauh dari rumah, biasanya pemilik warung kelontong tersebut adalah orang Madura. Kalau pas butuhnya tengah malam, biasanya kami langsung menuju warung kelontong tersebut.

Selain jam buka yang lebih lama, kelebihan warung kelontong lainnya apalagi milik tetangga sendiri adalah ketika uang yang dibawa kurang atau belum punya uang, kita bisa atur damai dulu. Yang penting amanah dan segera dibayar ketika sudah ada uang. Karena tak jarang warung kelontong mengalami kebangkrutan disebabkan menumpuknya utang para pembeli yang tak kunjung dibayar karena tidak semua warung kelontong memiliki modal besar.

Baca juga: Belajar dari Jepang

Bagi saya pribadi, ada sedikit dampak negatif dari kehadiran warung kelontong di samping rumah. Karena warung kelontong tersebut menjual beraneka ragam snack dan mainan anak-anak dengan harga terjangkau sehingga mengakibatkan jiwa konsumtif anak-anak meronta-ronta. Memang mereka tidak pernah meminta uang untuk belanja di warung kelontong tersebut karena mereka membeli dari sisa uang saku atau kadang mengambil uang tabungan. Kecuali anak-anak yang belum punya uang saku, sesekali mereka minta uang untuk beli jajan atau mainan, kadang mereka juga ambil tabungannya, tapi untungnya masih bisa dikendalikan. Tapi secara garis besar, kehadiran warung kelontong sangat membantu warga di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun