Mohon tunggu...
Alfarisma Melandika
Alfarisma Melandika Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta kopi, coklat, hujan, dan senja

Terus belajar dan tidak berhenti belajar karena hidup tidak pernah berhenti mengajarkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Terik Matahari

30 Oktober 2022   17:18 Diperbarui: 30 Oktober 2022   22:50 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terik matahari (Sumber : animenyus.com)

Tak terhitung peluh yang bercucuran
Membasahi kulitmu yang makin kusam
Di balik baju kumal kau berlindung
Dari terik matahari yang menyengat

Deru mesin molen yang terus berputar
Adalah langkahmu menapaki hidup
Yang selalu jadi pengharapan
Walau sempat tebersit cemas
Akankah dia akan terus berputar

Dari guratan wajahmu
Terlihat begitu berat beban yang dipikul
Hanya ikhlas dan pasrah
Yang terus membuatmu berdiri tegak
Diiringi lantunan doa yang selalu kau ucap
Semesta menyaksikan perjuangan hidupmu

Aku yang sejenak berada di antara teriknya panas
Serasa matahari telah memeras keringatku
Yang terus mengucur deras
Akupun tertunduk malu
Tak seharusnya aku mengeluh

Baca juga: Di Ujung Jalan

Tarakan, 30 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Setitik Harap

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun