Mungkin, istriku menangis sembari mengelus dan meratapi calon bayi kami. Aku nyaris mati dihantam parang dan dicabik menggunakan golok. Malam itu, aswad datang ke rumah Bapak Gundul membawa parang dan di sisi kanan pinggangnya tergantung satu golok.
Beruntung, redaktur menyuruhku untuk menemui Pak Gundul sebelum melakukan investigasi. Selain ingin memudahkan investigasi, dia juga menginginkan keselamatanku.
“Kamu cari yang namanya Pak Gundul. Orangnya agak hitam dan seram serta tak berambut. Bilang padanya, kamu wartawanku. Dulu, aku pernah bertemu dengannya. Aku merasa dia bisa melindungimu dan banyak mengetahui perihal mengapa ada arwah bergentayangan di desanya,” kata redaktur kenamaan negara ini kepadaku. Dia adalah redaktur majalah misteri terbaik. Orang yang membaca karangannya selalu tergugah.
Aku pun merasa agak tenang setelah mendapat arahan dari redaktur. Analisaku menyimpulkan, arwah bergentayangan di desa itu karena korban pembunuhan. Orang yang membunuh jasadnya masih hidup di desa itu.
“Sayangku, hari ini kekasihmu pamit untuk mengunjungi desa di kabupaten ini. Ada misteri yang mesti kupecahkan di desa itu. Doakan dan selalu tunggu aku kembali ya, juwita,” ujarku kepada kekasih yang sedang mengandung, ujarku sembari mencium kening hingga bibir dan tangannya.
Wajah istriku tidak seperti biasa ketika aku izin untuk investigasi. Waktu itu, wajahnya pucat karena menginginkanku selalu berada di sampingnya. Ia selalu merayuku agar tidak pergi. Tangannya erat menggenggam lenganku dan wajahnya yang pucat pun memelas berharap agar aku menemani.
Aku ingin sekali selalu bercanda dan bercerita serta mengelus-ngelus perutnya. Tapi, aku bisa dipecat jika melepaskan tanggung jawab begitu saja. Bisa-bisa, istriku tak bisa pulang dari rumah sakit karena kami tak mampu membayar biaya persalinan.
“Tuhan pasti mengembalikanku padamu, kekasih. Waktu kita di dunia ini masih panjang. Kamu mencintaiku dan begitupun sebaliknya,” ujarku sebelum pergi ke desa itu dan bertemu Pak Gundul.
Aku tak mau terlalu lama di dalam masjid setelah melaksanakan kewajiban. Semakin cepat mendapatkan informasi maka segera pula aku memeluk kekasihku. Berangkatlah aku menggunakan travel.
“Maaf Pak, mengganggu bincang-bincang santainya. Saya mau bertanya. Apa ada yang mengenal Pak Gundul? Saya memerlukannya,” ujarku kepada warga setelah 200 meter memasuki desa.