Hujan pada pagi membuat suhu begitu dingin dan membuat pikiran yang antah berantah kian kacau. Seperti derap langkah serdadu-serdadu perang yang ingin melewati perbatasan, begitulah suara-suara yang terngiang.
Tidur lagi? Tidak mungkin. Itu sama saja mengundang penyakit maka aku bergegas mengambil sepatu olahraga untuk memutari lapangan sepak bola yang terletak tak jauh dari rumah.
"Barangkali, setelah tubuh berkeringat karena gerakan-gerakan maka akan menimbulkan suasana santai sebagaimana orang-orang yang duduk pada sore di suatu taman sembari memandang hijaunya tanaman."
Sayang, pikiran kacau belum juga sirna. Padahal, aku sudah berlari sebanyak tiga lapangan sepak bola dan tubuh ini penuh peluh.
"Seperti genangan air yang coklat. Tak elok dipandang dan kucing pun enggan meminum airnya. Menurutku, seperti itulah orang yang pikirannya sedang kacau. Memandang wajahnya saja malas. Bisa-bisa mengajak bertengkar jika menyuruhnya."
Bergegas aku mandi. Salah satu cara meredakan pikiran yang kacau adalah mandi, kata kebanyakan orang termasuk orang tuaku. Biar biur dan buss. Setelah kusiram tubuh dengan air dan memberikan sabun serta shampo, sungguh sejuk. Selain itu, Â rasa dingin bagai di tengah salju tidak terasa karena tadi aku berolahraga. Yang ada hanya kenikmatan.
"Tubuh yang sehat setelah berolahraga tak hanya mampu membuat badan dan pikiran lebih segar dan hijau. Tapi, membuat suasana santai lebih nyaman dan tenang. Alangkah indah memandang dan mendengar ritmis gerimis sembari mereguk kopi yang panas dan nikmat."
2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H