Nasib bode tak jauh berbeda setelah masih membuat karya seni dan ketika menderita di dalam penjara karena meracuni diri sendiri dan dua anaknya lantaran kesulitan ekonomi serta ditinggal istri ke luar negeri.
Tetangga perempuan dan lelaki hingga anak-anak tetap berkomentar tahi kucing jadi coklat donat kepadanya. Cacian atau sekadar kata-kata kasihan bermajas ironi selalu terungkap pagi, siang hingga menjelang malam.
“Untung suamiku pekerja keras. Dia mau berjualan ke pasar sehingga aku bisa membeli beras dan emas, lho bu. Tidak seperti istrinya Bode. Mesti kerja hingga ke luar negeri untuk membiayi anaknya," ujar seorang ibu berambut pirang yang pagi itu memakai daster tanpa lengan, ujarnya kepada ibu-ibu saat membeli sayur, ujarnya sehari setelah istri Bode pergi ke Arab Saudi.
Anak-anak kecil pun tak mau ketinggalam dalam urusan selalu mengingat kejadian buruk yang dialami keluarga Bode. Anak-anak kecil itu sudah enggan melewati rumah bode yang berada di ujung gang, tepat di lapangan sepak bola. Mereka rela memutar arah melalui kampung seberang karena takut melihat hantu anak bungsu bode yang mati karena minum susu beracun.
“ih jangan lewat situ lagi deh. Kemarin, ibu mengatakan, rumah Mang Bode berhantu. Anaknya yang bungsu mati karena dibunuh bapaknya sendiri. Bapakku pun bilang. Dia melihat bayangan putih berdiri di depan jendela salah satu kamar. Bapakku melihat itu tepat ketika dia pulang malem karena lembur,” ujar seorang anak berambut mowhak dan pirang yang tidak pernah menggunakan shampoo dan sisir.
Yang lebih parah adalah obrolan bapak-bapak di gardu ronda. Sambil bermain gaple mereka tak henti-henti mengungkapkan belasungkawa palsu kepada Bode. Bahkan, Pak RT mengatakan hal tak pantas kepada warganya.
Dia justru membanggakan dirinya yang sukses membina rumah tangga dan membelikan sedan mewah kepada anak-anaknya yang terindikasi ingin sekali merendahkan Bode yang pernah memakinya karena Sukirmin meminta pitis kepada pelaku pembunuhan itu ketika ingin mengurus surat keterangan miskin yang diperuntukkan mengambil bantuan di kantor kecamatan.
“Bode itu memang pantas di penjara. Setiap hari, kerjanya hanya membuat suling bambu. Zaman sudah modern begini siapa yang mau membeli. Orang-orang di pasar tradisional lebih suka membeli beras dan rempah-rempah serta daging. Kenapa juga dia tak mati saat menenggak susu beracun racikannya sendiri. Padahal aku berharap dia mati biar mendapat siksa kubur. Sebab, menurut warung depan rumahku, Bode masih berhutang," ujar RT sembari mirit-mirit gaple.
"Lihat aku ini. Kerja sebagai pegawai negeri sipil yang cerdas dan cerdik dalam mencari uang harian. Lihat tuh tiga mobil di rumahku dan bererot emas yang dipakai Minah kesayangan RTmu ini, kil,” katanya kepada sikil sembari mengembuskan asap rokok kretek yang ngebulnya jelas sekali lantaran tersorot lampu putih yang dibeli dari sokongan warga, bukan sumbangan RT yang kaya raya.
2020