Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Andai Telunjukku Menyentuh Bibir Merah yang Cantik

10 Januari 2021   14:46 Diperbarui: 10 Januari 2021   14:50 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image By Muhammad Alfariezie

Sungguh tak asyik menonton drama cinta tanpa teman perempuan. Tangan ini hanya memasukkan pop corn ke dalam mulut sendiri. Andai saja ada perempuan maka jari telunjukku akan basah karena menyentuh bibir merah seorang cantik dan tersayang.

"Kekasih. Ke manakah mesti mencari hingga di tempat ini aku tidak lagi seperti bangku kosong. Seperti sapi ompong yang kesepian dalam film. Hanya sesekali melongok, kemudian makan rumput padahal di depannya ada sepasang angsa yang lehernya membentuk cinta."

Film yang kutonton sangat romantis sehingga iri nian diri ini kepada dua lelaki dan perempuan yang duduk di depanku. Tangan si lelaki-lelaki itu menggenggam jari-jemari kekasihnya. Sedangkan perempuan-perempuan itu bersandar manja di bahu orang yang membuatnya tenang.

"Aku hanya pelayan yang sedang menyaksikan pangeran dan ratu bermesraan. Percuma kaki ini melangkah di atas karpet merah dan percuma bokong ini duduk di kursi yang empuk dan percuma segelas bir tanpa alkohol ini yang gelasnya baru saja kuletakkan. Mereka fokus menonton adegan per adegan dari film. Sedangkan mata ini memang ke layar tapi bayangku diarahkan pikiran yang kacau."

Sekilas pandang, aku menyaksikan film ini dirangkai oleh tim yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa. Efek dan perpindahan peradegan serta peran yang dimainkan aktor dan aktrisnya benar-benar seperti kehidupan nyata. Air mata kakek dan nenek hingga membasahi pipinya yang terlihat sedikit telah mengeriput.

"Tuhan. Maafkan segala kesombongan kata-kata dari bibir ini yang pernah berujar kalau bercinta hanya menyesakkan dada. Hanya cinta yang mampu membuat film ini hingga ditonton puluhan orang dalam waktu bersamaan. Pasti pembuat film ini tak henti-henti mengorbankan tenaga dan pikiran agar yang menonton mendapat suatu inspirasi."

Sesal terus menghantuiku hingga ke dalam toilet setelah film usai dan orang-orang kembali pulang. Sesal seperti debu yang menempel di dinding, langit-langit hingga rambutku. Bagai berbisik-bisik dan meledek-ledek.

2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun