Mohon tunggu...
Alfarabi Maulana
Alfarabi Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Asal Cirebon, tapi daerah Sunda. Nulis sana-sini.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Ngeblog Ngerusak Bahasa Indonesia?

13 Oktober 2020   19:31 Diperbarui: 13 Oktober 2020   19:37 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya membuka kembali web kompasiana dengan tujuan untuk menulis artikel, setelah beberapa waktu sempat diterjang malas, saya membaca judul menarik yang menjadi topik pilihan.

"Baru baca sekilas, nih otak dah pengen ngoceh," pikirku dengan sejujurnya. Kalimat ngerusak bahasa Indonesia yang menjadi pertanyaan dalam paragraf pertama topik adalah sasaran saya. Tentunya tetap dengan maksud positif.

Tentunya jawaban yang memungkinkan adalah ya dan tidak. Saya akan memaksa kalian untuk memilih tidak untuk menjawab pertanyaan "Apakah bahasa ngeblog dapat merusak bahasa Indonesia?"

Saya dapat menjamin bahwa bahasa Indonesia tidak akan terancam rusak apalagi menjadi rusak dengan beberapa alasan di bawah.

1. Ngeblog Tidak Akan Bisa Dijadikan Sumber Rujukan Bahasa

Blog umumnya bersifat pribadi. Ada yang membuat blog sebagai tempat curhat, bikin puisi, bikin novel, penyaluran hobi, berbagi, dan banyak lagi. Para pemilik blog intinya memiliki ketertarikan pada bidang tertentu dan para pemula belum tahu bahwa ada pedoman dalam menulis.

Para bloger harus serius untuk mencari celah supaya orang-orang tertarik mengunjungi blog miliknya. Sedikit perbedaan bisa menjadi daya tarik. Perbedaan warna, konten, fitur, sampai bahasa. 

Bloger yang kekinian dan termasuk kaum gaul cenderung menggunakan kebiasaannya dalam berbahasa lisan dan langsung menulis tanpa peduli ejaan dan antek-anteknya. Hal ini dia lakukan karena sasaran pembaca/pengunjungnya adalah orang-orang yang sama dengan dirinya. Minimal teman-temannya lah.

Dengan kata lain, bahasa dalam blog yang bersifat pribadi, apalagi tidak merujuk pada pedoman yang ada, tidak akan bisa menjadi rujukan bahasa, dalam artian kaidah dan pedoman berbahasa Indonesia. Apalagi blog yang kebanyakan tulisannya bersifat nonformal yang tidak diharuskan menggunakan bahasa baku. Para bloger bebas berbahasa sehancur apa pun.

Paling para kritikus bahasa yang bakal nyerang blognya dengan komentar pedas.

Untuk Anda yang membaca ini silakan persiapkan diri.

Nanti saya datangi, muehehehe....

2. Adanya Pengamat Bahasa Indonesia

Adanya para ahli, dosen, guru, mahasiswa, dan banyak pengamat bahasa Indonesia menjadi hal yang selalu up to date akan sangat sensitif terhadap kejanggalan dan potensi kekacauan dalam serasinya kaidah bahasa Indonesia. 

Dalam ranah formal, perkembangan bahasa Indonesia selalu mendapat perhatian para peminatnya yang berada di balik bayang-bayang topik kesehatan dan ekonomi. 

Kepekaan seseorang terhadap bahasa bisa muncul pada diri seseorang dengan sendirinya tanpa perlu dipelajari. Tentunya tidak aneh jika para ahli bahasa Indonesia akan bisa mencium apablia ada keanehan.

Badan Bahasa juga dibentuk untuk mengharmoniskan kaidah dalam bahasa Indonesia yang dipakai di negeri seribu pulau dan jutaan suku ini. Produk yang bisa dinikmati dari Badan Bahasa sendiri adalah pedoman-pedoman umum yang menjadi landasan ejaan, kebakuan, dan sebagainya. 

Jadi, bahasa blog serusak apa pun tidak akan bisa merusak kaidah yang ada jika masih ada yang mengawasi.

3. Bahasa yang Bersifat Bebas

Bebas di sini bukan berarti kita bisa bicara seenaknya dan orang lain harus mengerti apa yang kita katakan. 

Bebas di sini dalam arti penggunaannya. Kita bisa bebas menggunakan kaidah dan bentuk-bentuk bahasa Indonesia yang sudah ada dan disepakati. Kita bisa mengungkapkan gagasan atau ide menggunakan kiasan dari kata yang maknanya mewakilkan ide tersebut. 

Hal ini juga berlaku bagi para bloger. Bahasa ngeblog yang gaul, abstrak, penuh warna dan warni adalah salah satu kesahan secara hakikat. Mereka punya hak untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kemampuannya dalam mengekspresikan ide melalui kata-kata.

Tentunya akan lebih baik apabila mereka memahat bahasa mereka dengan baik. Minimal enak dipandang lah, supaya para pelanggan blog mereka juga betah lama-lama ngopi sambil baca artikel tulisannya.

4. Bahasa yang Kacau di Blog Membantu Perkembangan Bahasa Indonesia

Yoi. Karena bahasa berawal dari sifat arbitrer/manasuka/kumaha aing/bebas, maka tidak mustahil kalau zaman dahulu sering ditemukan kekacauan di sana sini. Akan tetapi hal tersebut juga memiliki dampak positif bagi perkembangan bahasa. Dengan munculnya masalah, maka kita dituntut untuk memecahkan masalah. 

Berbagai gejala seperti ketidak-konsistenan bentuk leksem, kerancuan makna, dan kaidah afiksasi/imbuhan dapat menjadi sumber kemajuan bahasa itu sendiri. Tentunya bahasa Indonesia juga dong.

Para bloger juga pasti akan menyadari bahwa ada perbedaan antara tulisan di blognya yang baru dibuat dengan blog para sepuh yang sudah profesional. 

Bagi para bloger yang serius, menyadari kekurangan dalam penggunaan bahasa akan menjadi hal yang sangat mudah. Kesadaran tersebut akan membuatnya terpacu untuk menjadi lebih baik. 

Tulisan yang baik akan mengangkat blog menjadi lebih baik. Blog yang bagus dengan tulisan yang baik, inspiratif, kreatif, dan inovatif akan memngangkat bahasa Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun