Menulis memanglah hal yang mudah. Bagi seseorang yang menamatkan wajib belajar 12 tahun, menulis bukanlah hal yang asing. Apalagi untuk para mahasiswa yang tidak jarang bergelut dengan karya ilmiah seperti makalah, artikel, jurnal, dan esai.Â
Hal serupa juga bisa dirasakan oleh para sastrawan, baik tingkat nasional, internasional, maupun tingkat media sosial yang akhirnya mulai mencari penghidupan di platform menulis daring dengan membuat blog atau mengirimkan tulisan ke beberapa media redaksi. Yang pasti, menulis bukanlah hal yang aneh.
Tapi tahukah wahai Pembaca yang Budiman, bahwa ada kejadian yang mirip dengan penyakit yang sering menjangkiti pikiran dan jari para penulis? Penyakit itu disebut dengan salah nulis.Â
Salah nulis di sini bukanlah kategori kesalahan seperti typo (salah ketik) yang disebabkan oleh faktor ekternal seperti papan ketik yang rusak, pena yang tidak nyaman digenggam, pusing, atau mata berkunang-kunang. Kesalahan ini disebabkan oleh faktor yang lebih internal dan fundamental, yaitu ketidaktahuan.
Tidak tahu adalah sebuah frasa yang paling sering disembunyikan oleh penulis pemula, apalagi tingkat dewa—maksudnya yang jam terbang menulisnya sudah lama. Karena kesalahan penulisan kata itu adalah hal yang sepele, kita biasanya bersikap tak acuh, dan ketika tulisan kita terkena kritik yang benar barulah Anda sadar bahwa kesalahan kecil itu tidak bisa dianggap remeh.
Dalam beberapa observasi, saya telah mengumpulkan beberapa kata dan kategori kata (termasuk ejaan) yang biasanya salah tulis jika kita merujuk kepada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Berikut penjelasannya.
1. Apapun (partikel pun)
Ekhem. Oke. Kalau saya menyajikan dua kata seperti di bawah, kamu pilih yang mana?
Baiklah, kalau kamu pilih nomor 1, kamu salah. Tapi jangan takut, karena kamu masih ada di dalam jalan menuju sukses menjadi penulis karena kamu membaca artikel ini. Penjelasannya adalah, dalam standarisasi ejaan dalam PUEBI, partikel pun itu ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Adapun partikel pun ditulis bersambung dan serangkai dengan kata sebelumnya hanya pada kata penghubung (konjungsi) seperti walau, meski, bagaimana, dan ada. Contohnya saya menggunakan kata ada+partikel pun pada kalimat sebelumnya. Hayoo baru nyadar yak.
2. Di sebagai preposisi dan Di prefiks penanda kata pasif