Mohon tunggu...
Zia Ul Haq
Zia Ul Haq Mohon Tunggu... Penulis - www.ziatuwel.com

Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

ISU Pemindahan Makam Nabi Muhammad

6 September 2014   05:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:29 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi, ini bukan tentang membela Arab Saudi, Wahabisme atau kekurangcintaan kepada Baginda Rasulullah. Melainkan tentang bagaimana menjaga kejernihan pikiran agar tidak keruh oleh simpan siur berita. Berita pemindahan makam Rasulullah adalah isu sensitif yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun. Saya juga heran, mengapa isu ini sering muncul sekitar musim haji. Entahlah, silakan analisa sendiri.

Di satu sisi, kita memang harus tetap memperhatikan artefak-artefak historis sebagai peninggalan berharga dari masa lalu, sebagaimana dikampanyekan oleh Dr. Irfan al-Alawi. Namun di sisi lain, kita juga musti objektif dalam mengonsumsi berita, meski temanya sangat menggiurkan dan ‘sesuai’ dengan kecenderungan kita.

Saya bukan jurnalis yang paham bagaimana berita dibuat. Tapi saya punya imajinasi, di era media sosial yang penuh kelatahan ini, berita sesampah atau sesepele apapun sangat mudah ditebar. Saya bisa karang satu cerita tentang kucing bernyanyi, di suatu tempat jam sekian, kutip satu atau dua kalimat ilmuwan, bumbui dengan sepotong gambar, unggah ke internet dengan judul heboh, lalu gulirkan di media sosial.

Saya jadi teringat mata kuliah sejarah tentang salah satu faktor munculnya hadit-hadits palsu, yakni untuk menggelorakan semangat umat untuk beribadah di zaman itu. Jangan-jangan berita pemindahan makam Rasulullah ini juga sengaja digulirkan. Untuk apa? Kita bisa saja berburuk sangka dengan menuding orientalis hendak mengadu domba umat Islam. Namun saya lebih suka berbaik sangka, yakni agar masyarakat awam di dunia Islam ingat bahwa mereka punya situs-situs sejarah, baik di negeri seberang maupun di negeri sendiri, yang perlu dijaga, diuri-uri, dilestarikan, dipelajari nilai sejarahnya, dan diwarisi kewibawaannya, tak sekedar dikeramatkan.

Wallahu A’lam.
Assalamu 'alayka ayyuha an-Nabiyyu wa Rahmatullahi wa Barakaatuh.

Krapyak Yogyakarta, 5 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun