Mohon tunggu...
Budi Rist
Budi Rist Mohon Tunggu... -

Sesuatu yang terjauh adalah masa lalu....sesuatu yang terdekat adalah rasa malu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namaku Bejo Kumpul

4 Juni 2012   18:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gelar wayang sudah selesai, sisakan sampah - sampah yang terserak di lingkungan sanggar duduk penikmat saji. Lakon tadi malam, bagi Bejo kumpul betul - betul tertanam kuat. "Petruk dadi ratu" demikian lakon yang masih terbayang di pelupuk matanya. Beda benar dengan apa yang pernah di dengarnya dari  simbah, " Le, kita itu orang gak punya, gak usah punya kepenginan yang aneh - aneh, lha wong makan tiwul telo saja kamu udah sujud syukur wajibnya." Begitu kata almarhum embah kakung dulu waktu kumpul nangis kejer minta sekolah lagi, waktu terpaksa berhenti kelas 3 SD. " mangkanya le, namamu itu Bejo kumpul biar kamu itu kumpul terus sama simbokmu sama pak lekmu, bapakmu itu besok ya seneng kalau tahu kamu itu seperti namamu. Bapak ? Duh kangen hati ini sama wujud bapak. " Mbok, bapak itu seperti apa tho..?" pernah suatu hari ia bertanya kepada simboknya, walau yang selalu dilihatnya simbok pasti memalingkan wajahnya, sambil berkata, " Le, bapakmu itu orang yang baik, sayang sama simbok, sayang sama embah, sayang sama semuanya. Bapakmu itu Le, disayang Tuhan, besok kamu besar kamu harus jadi kayak bapakmu itu ya le.." Kumpul hanya bisa mengangguk, karena setelahnya simbok pasti jadi diam, diam kaya batu di kali senowo. Tapi lakon malam tadi kok ya bisa beda bener dengan semua itu. Petruk cuma Punakawan kok bisa " disempatkan " dadi ratu. Duh biyuuung Bingung saja yang ada di kepala Bejo Kumpul. Alih -alih kenyataan sekarang yang lebih membingungkan lagi. Kadang Bejo kumpul nonton  televisi di tempat pak dukuh, disitu banyak berita yang entah benar, entah tidak. Sekolah gratis, ada bantuan, ada bla..bla..bla...kok ya gak sampe kesini..? "Mungkin saja ATM nya macet" begitu kata Tupon waktu Bareng rerasan sama Tupon teman akrabnya. ' Ah mosok sih?" " Iya lha wong mobil aja yang pake bensin bisa macet, ini kok ATM macet.Apalagi ATM gak pake bensin." Kata Tupon.Bejo manggut - manggut. Bingung.Ya sudahlah, lha wong Tupon kan bisa terus sekolah. Mosok mau dibandingin, anak sekolah sama anak putus sekolah, gitu pikir Bejo,apalagi dia juga gak tau apa itu ATM.

"Huuusshh...syaaah...husss...syaaaah...!" Iringan kerbau berderap jalan menapaki jalan kampung yang lebih mirip kubangan babi. Pecut penjalin di putar- putarkan, kadang mendarat di bokong kerbau. Batang sodo  terpagut di bibir Bejo. Sedari tadi pagi dia belum makan, dan sudah berulangkali perutnya meringkik minta makan, kaya balapan kuda di kelurahan. Batang sodo sudah gepeng digigit-gigitnya. Kata pak ustadz, jaman nabi dulu kalo berperang dan kekurangan pangan, maka para sahabat biasa mengganjal perutnya dengan batu. Itu sudah sering dilakukan, tapi yang namanya perut lapar ya solusinya cuma satu, makan. Pak ustadz juga mestinya kalo lapar ya makan, nggak ngganjel perut pake batu. Hampir menjerit rasanya waktu lewat depan warung mbok suji yang pagi - pagi sudah 'matengan'. Tadi pagi simbok sudah awal- awal berpesan, kalo tiwulnya dah habis, mungkin baru nanti siang makannya, setelah simbok pulang dari  panen di sawah mbok Umi. Kerbau-kerbau hilir mudik diantara petak sawah yang selesai di panen.  Semilir angin membuat kumpul mulai ' liye - liyep' ," Waaahhhh nikmatnya, Hmmmmm...."

Kilas cahaya itu merah hitam warnanya, terang berpendar, semakin lama semakin jelas nyata. di kejauhan sayup terdengar suara kecap- kecap lirih ....................

"Keadilan nyata tidak seperti dagelan ratu wayang.................

"Keadilan nyata tidak seperti dagelan ratu wayang.................

"Keadilan nyata tidak seperti dagelan ratu wayang.................

Bejo kumpul tersentak...lhadalah...apa artinya ini.....kerbau - kerbau "angonannya " sudah berkumpul,dan berjalan pulang.  Bergegas ia berkemas. serpih batang padi kering menempel dicelananya. Dikejarnya kerbau yang sudah menyeberangi pematang sawah. Celana pemberian mbok sumi 'kedodoran' walaupun sudah diikat pake serabut batang pisang. Tiba-tiba, " ciiit..ciit.....suara rem mobil mendadak terdengar keras. Ban karet yang beradu dengan jalan desa seperempat aspal menimbulkan decit nyaring. Bejo kumpul yang sempat melihat kerbau 'angonannya' hampir tertabrak menutup mata ngeri. Si pemilik mobil keluar, bejo kumpul ketakutan. Dilihatnya ada pohon pisang yang daunnya menjuntai, cepat diraihnya untuk bersembunyi. Di sana kumpulan  kerbau 'angonannya' selamat tidak kurang suatu apa. Bejo tidak tahu, kalo si pemilik mobil geli melihatnya. Didekatinya Bejo. " Haloo....mas...mas..kecill..." Dengan nada jenaka si pemilik mobil memanggil Bejo. Sayangnya si Bejo sangat ketakutan, sehingga celana pemberian mbok Sumi basah oleh air. Bukan air hujan, tapi air kencing Bejo. Tambah gelilah si pemilik mobil. Dipanggilnya lagi, " Hallooo....mas kecil....gak apa-apa, ayo kenalan sama om". Bejo ngintip dari balik daun pisang. Matanya bingung sekaligus takut-takut. " Ayo nak..eh..mas kecil siapa namanya?" Bejo ngintip lagi." Siapa namanya ya?" oooh...om tau nih...om punya permen.enak lo." Permen? Bejo kumpul mbatin. Dulu si Lala anak pak lurah pernah makan makanan yang dari warnanya aja kelihatannya enak. Dan namanya kalo gak salah ya permen itu tadi. Pelan-pelan Bejo keluar dari "persembunyian" Tersenyum si pemilik mobil, " Naah gitu dong namanya anak pintar. Ini permennya. Namanya siapa cah bagus?" Bejo kumpul mengulurkan tangannya merangkup permen itu ditangannya, dipandanginya si om tadi. Bibirnya lirih berucap, " Bejo...Bejo pakdhe" Bejo teringat kata simbok, bahwa semua orang itu bersaudara. Jadi kalo laki-laki tua panggil pakdhe, kalo itu simbok-simbok panggil budhe ato simbok. "ooooo.....namanya Bejo..Bejo saja..? Sekolah kelas berapa?" Bejo termenung, sekolah? Wah aku ki gak sekolah. Namun di jawabnya juga, " Bejo kumpul pakdhe, sekarang udah gak sekolah. Si Om terdiam. " oo..ya.ya..gak apa-apa, ayo ikut om" Si om mengulurkan tangannya mengajak. Bejo menggeleng-geleng, permen kuat-kuat di pegangnya.  Bejo kumpul  takut, soalnya kata temennya sesama angon kebo, kalo naik mobil nanti bisa 'masuk angin'. Bejo bener-bener takut. Akhirnya Ia diam saja. Si Om maklum, kemudian dengan kebapakan berkata," Ya  sudah, tapi nanti kalo ketemu jangan takut lagi yaa" Bejo mengangguk. Mobil pun berjalan, dan si Bejo dengan takut-takut menciumi bekas asap knalpot mobil yang kata temennya baunya kaya belalang goreng.

Dikali Bejo mencuci kaki yang kotor oleh bekas lumpur sawah yang menempel. fiuuhh..seharian menggembala kerbau, bertemu orang asing mungkin terasa baru buat bejo kumpul. Sampai dirumah, ternyata simbok gak ada. Dikelilinginya rumah, dan pada itu simbok kelihatan di ujung halaman. " Sudah pulang to Le..? simbok bertanya sambil membetulkan selendang di lehernya. Dipegangnya kepala Bejo, "oaallaaah le..le...lha ini kepalamu kena apa? kok ada semutnya?'  Bejo baru ingat" oh iya mbok tadi kena semut pohon pisang" Dan selanjutnya si Bejo Kumpul bercerita dari A-Z. " Lha simbok tadi dari mana je?" Sambil berjalan membelakangi bejo, simbok menjawab," Lha tadi simbok itu panen disawahnya mak Umi, terus pak dukuh ngasih tau semua disuruh berkumpul di kelurahan. Ada pengumuman penting. Ya udah akhirnya simbok ke kelurahan. Ternyata di kelurahan ada tamu agung Le." Bejo mengerinyit,tamu agung? apa itu? Penasaran Bejo bertanya, " Tamunya pakdhe Agung mbok?" Simbok tertawa sekaligus trenyuh, " Tamu agung Le, artinya tamu terhormat. Dari kota lo le, naik mobil lagi." Simbok terdiam. Lalu, " Lhaaa...tadi ceritane ketemu sama mobil to le? Lha ya itu tadi tamu agungnya" Bejo kaget, juga ingat sama permen yang tadi dikantonginya. Ternyata kantongnya kosong mlompong. Celana pemberian Mbok Sumi bolong, dan permennya jatuh hilang entah kemana.

Dari hasil rapat di kelurahan, terlahir keputusan bahwa yayasan Bunga Kencana Arum berbesar hati untuk mendidik anak putus sekolah di desa  Randu Alas, desa Bejo untuk memberi bantuan pendidikan. Dan Bejo atas permintaan pribadi pak Samsudin, seorang pengusaha dan sekaligus  kepala yayasan yang ternyata tidak mempunyai keturunan diangkat anak, dengan konsekuensi ikut pak Samsuddin kekota. Karena besok mau berangkat kekota, maka sore itu Bejo pamit sama sobat kentalnya, Tupon.

" Pon, besok aku mau kekota."

"Lho kok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun