Irawan Santoso, 45 tahun mengambil segenggam beras yang dibungkus plastik di sebuah keranjang. Ia kemudian mengayunkan kedua tangannya yang dikepal. Matanya terpejam dan badannya mengarah ke sosok patung Buddha Maitreya yang tersenyum.
Bibirnya terlihat bergerak mengucapkan doa-doa. Usai berdoa, beras yang tadinya ia ambil dari keranjang, dimasukkan ke kantong celananya untuk dibawa pulang.
Beras tersebut bernama beras Ping'an. Meskipun sekilas hanya beras biasa, tapi Irawan dan masyarakat tionghoa yakin beras tersebut mampu mendatangkan rezeki. Beras tersebut memang disediakan pengelola Vihara Dharma Bakti, Jakarta Barat untuk gratis dibawa pulang.
Irawan menyebut akan menyimpan beras itu di rumahnya. Nantinya beras Ping'an yang ia ambil dicampur dengan beras di rumah untuk nantinya dikonsumsi.
"Harapannya beras di rumah tidak habis-habis, alias banyak rezeki," kata dia.
Di hari raya imlek, 16 Februari 2018 itu, Irawan berdoa diberikan keselamatan, rezeki dan kesehatan. Ia percaya dengan membawa pulang dan mengonsumsi beras Ping'an, harapan terwujud. Bagi Santoso, beras ping'an adalah medium baginya agar doa-doanya didengar dewa-dewa.
Ketua Yayasan Dharma Bhakti Tan Adi Pranata punya kisah lucu tentang beras Ping'an. Ia bercerita seorang temannya kerap memberi makan burung gereja di dekat rumahnya dengan berasa biasa, namun beras tersebut tidak pernah dimakan.
Kemudian temannya itu iseng memberi makan burung-burung di rumahnya dengan beras ping'an yang ia ambil dari Vihara Dharma Bakti. Tan mengatakan beras tersebut selalu dimakan burung di depan rumah temannya itu sampai habis.
"Dia datang ke sini minta terus ke saya beras ping'an. Aneh bedanya apa," kata dia.
"Harapannya beras di rumah sepanjang tahun akan selalu tersedia," ujarnya.