Mohon tunggu...
alfan setiawan
alfan setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Jika ingin dilakukan lakukan tanpa penyesalan

Hidup tanpa hambatan Jujur apa yang disenangi walau malu maluin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Berarti Berkebutuhan Khusus Lebih Buruk daripada yang Normal

19 Juni 2020   01:07 Diperbarui: 19 Juni 2020   00:55 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Kekurangan bukanlah suatu halangan untuk siapapun bisa mencapai sesuatu taoi menjadi motifasi dalam menggapai apapun. Banyak orang berfikir orang berkebutuhan khusu merupakan aib dalam kehidupan, diremehkan, dihina, tidak dianggap dan sulit mencari pekerjaan layak , tapi coba pikirkan apakah usaha kita mampu menyamai orang berkebutuhan. Ambil saja contoh orang yang memiliki kebutuhan khusus

Daniel Tammet penulis, linguist, pendidik dan dinobatkan sebagai 1 dari 100 orang jenius yang masih hidup di dunia yang memiliki sindrom autistic savant atau yang sering disebut orang indonesia sebagai orang dengan iq rendah, tapi lihat sekarang iq mana yang lebih rendah Daniel Tammet atau orang yang memandang sebelah mata. Atau seperti kisah nyata ada orang yang tega membunuh orang tuanya hanya karena keinginannya tidak terpenuhi. 

Dibandingkan orang berkebutuhan khusus yang sudah terbiasa menghadapi masalah dan tahu bagaimana cara menghadapinya. Menurut artikel siti sawandi eq pebih diutamakan daripada iq karena orang dengan eq baik meski iq tinggi lebih dihormati dibanding orang dengan iq tingi tapi eq buruk(kompasiana "EQ Lebih Penting dari IQ?"), Dari kasus itu mana yang bisa diangap aib dalan kehidupan orang berkebutuhan khusus atau orang yang membunuh ibunya.

Mendidik anak berkebutuhan khusus memang bukan perkara mudah dan memerlukan kemampuan yang sangat sulit tapi akan ada kepuasan tersendiri bila sukses dalam pendidik anak berkebutuhan khusus, dikutip darinsalah satu penjelasan dosenndi UNISNU JEPARA "ikan akan selalu merasa idiot jika membandingkan dirinya denggan kera yang bisa memanjat pohon", setiap anak memiliki potensi dalam bidangnya masing-masing tuhan menciptakan orang sesuai denggan kemampuannya semisal contoh paling dramatis dari sindrom savant adalah individu yang angka tes IQ nya sangat rendah, namun memperlihatkan keahlian istimewa dan brilian dalam area tertentu.

Jadi tidak penrnah ada orang yang lebih baik dari orang lain baik itu orang normal maupun orang berkebutuhan khusus hanya saja dapatkah orang tersebut mencapai sebuah prestasi yang tidak dapat dicapai orang lain. Sangat kurang masuk akal jika menilai orang hanya dari kekurangannya tampa melihat  kelebihannya

Daftar pustaka

Okezone

Wikipedia

Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun