Mohon tunggu...
Alfani Ihza
Alfani Ihza Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gaya Belajar SD Negeri 3 Wirun

11 Juni 2023   19:11 Diperbarui: 11 Juni 2023   19:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2023. Kami mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Purworejo yang terdiri dari Alfani Ihza Hernindiasari dan Khoirisa Nur Aini melakukan observasi dan wawancara tentang gaya belajar di SD Negeri Wirun 3. Kami melakukan wawancara dengan guru kelas 1 yaitu Ibu Dhika Wulandari, S.Pd. SD Negeri Wirun 3 merupakan sekolah yang terakreditasi B yang terletak di Jl. Raya Kutoarjo - Bruno, Wirun, Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Kepala sekolah Ibu Wulandari, S.Pd.SD.,M.Pd. Sekolah Dasar ini secara keseluruhan berjumlah 90 peserta didik untuk kelas 1 berjumlah 16 peserta didik.

Menurut S. Nasution (2008) gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang peserta didik dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Sedangkan menurut De Porter & Hernacki (2001) gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana peserta didik menyerap, lalu mengatur, dan mengolah informasi. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap pengetahuan dan bagaimana informasi atau pengetahuan yang diperoleh diatur dan diproses.

Menurut Bobbi De Porter (2010) gaya belajar ada 3 macam, yaitu auditorial, visual, dan kinestetik. Gaya belajar Auditorial yaitu tipe belajar dengan cara mendengar. Memiliki ciri-ciri seperti suka berbicara, suka berdiskusi, suka menjelaskan sesuatu, berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, senang membaca dengan keras, dan mendengarkan. Gaya belajar selanjutnya yaitu gaya belajar visual. Gaya belajar ini merupakan belajar dengan cara melihat. Menurut Bobby De Porter, ciri-ciri orang gaya belajar visual yaitu berbicara dengan cepat, biasanya terganggu oleh keributan, mengingat apa yang dilihat daripada didengar, lebih suka membaca daripada dibacakan, sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin diperhatikan, rapi dan teratur. Gaya belajar yang terakhir yaitu gaya belajar kinestetik. Tipe gaya belajar ini yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Menurut De Porter, ciri-ciri orang dengan gaya belajar kinestetik yaitu menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, menanggapi perhatian fisik, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk untuk waktu lama, ingin melakukan segala sesuatu, menyukai permainan yang menyibukkan, dan kemungkinan tulisannya kurang bagus.

Dalam proses mengajar Ibu Dhika Wulandari menggunakan sistem diferensiasi yaitu mengelompokkan peserta didik sesuai dengan kegemarannya untuk menentukan gaya belajar yang nyaman dan tepat bagi peserta didik. Seperti gaya belajar kinestetik maka akan satu kelompok dengan gaya belajar kinestetik begitu pun dengan gaya belajar audiotorial dan gaya visual. Setiap kelompok akan mendapatkan penyampaian materi sesuai dengan gaya belajarnya. Ibu Dhika Wulandari mulai menerapkan sistem diferensiasi sejak semester 2, karena pada semester 1 peserta didik lebih diutamakan untuk belajar menulis, berhitung dan membaca.

Dalam penerapannya di kelas satu, sistem ini cukup ada kendala seperti sulitnya mengondusifkan setiap kelompok. Karena terkadang peserta didik lebih tertarik dengan kelompok gaya belajar yang lain dan akan ikut gabung. Tetapi seiring berjalannya waktu sudah lebih tertata. Pembelajaran berdiferensiasi ini menurut Ibu Dhika Wulandari sangat bagus bagi peserta didik. Penyampaian materi seperti ini dapat meningkatkan nilai akademik peserta didik dan tertanam sikap yang lebih baik dibanding penyampaian materi yang hanya terpusat pada guru atau metode ceramah saja.

Media pembelajaran juga sudah diterapkan untuk mengasah kreatif peserta didik seperti saat belajar untuk membaca jam peserta didik dibimbing untuk membuat jam berbahan dasar kardus yang dihias, lalu praktik langsung pembuatan telur asin, membuat makanan tradisional purworejo berupa geblek dan clorot, bahkan diajarkan untuk menabung dengan tabungan yang dibuat peserta didik. Pembelajaran juga diselingi dengan permainan dan bernyanyi supaya peserta didik tidak jenuh dalam proses belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun