Mohon tunggu...
Alfania Dwi Safitri
Alfania Dwi Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menuju Masa Depan yang Lebih Sehat: Strategi Peningkatan ASI Eksklusif di Tahun 2023

16 Oktober 2023   23:50 Diperbarui: 16 Oktober 2023   23:55 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Gregor Ritter from Pixabay 

ASI eksklusif untuk bayi usia kurang dari 6 bulan sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan optimal mereka. ASI eksklusif telah lama diakui oleh organisasi kesehatan global sebagai kunci utama untuk kesehatan bayi dan perkembangan mereka.Melihat data persentase ASI eksklusif di Indonesia antara tahun 2020 hingga 2022, serta berbagai temuan yang muncul, kita memahami bahwa ada ruang untuk perbaikan yang signifikan dalam praktik ASI eksklusif ini. Laporan ini mencoba untuk mengeksplorasi temuan tersebut dan menguraikan strategi yang dapat diterapkan pada tahun 2023 untuk mencapai perkembangan yang lebih baik.

Analisis Persentase ASI Eksklusif (2020-2022)


Selama tiga tahun terakhir, persentase nasional ASI eksklusif di Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang bertahap. Dari persentase 69,62% pada tahun 2020, terjadi peningkatan menjadi 71,58% pada tahun 2021, dan tren positif ini terus berlanjut hingga mencapai 72,04% pada tahun 2022. Ini adalah tanda positif, yang menunjukkan upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif. Namun, penting untuk diingat bahwa terdapat disparitas regional yang signifikan, dengan beberapa provinsi memiliki tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lain.

Rekomendasi untuk Strategi Peningkatan

1. Kampanye Pendidikan dan Kesadaran: Inisiatif nasional yang menyeluruh perlu diluncurkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya ASI eksklusif, dengan fokus khusus pada ibu hamil dan ibu baru. Mitra kolaboratif, seperti penyedia layanan kesehatan, pemimpin masyarakat, dan pengaruh lokal, dapat memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi ini.

2. Dukungan Kesehatan yang Ditingkatkan: Fasilitas kesehatan perlu diperkuat, terutama di provinsi-provinsi dengan tingkat ASI eksklusif yang lebih rendah. Konseling dan dukungan yang memadai dari tenaga medis sangat penting. Pelatihan perlu diberikan kepada para profesional kesehatan untuk memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendukung ibu yang menyusui.

3. Keterlibatan Komunitas: Petugas kesehatan masyarakat dan relawan perlu terlibat secara aktif dalam memberikan dukungan dan panduan kepada ibu-ibu di tingkat komunitas. Membentuk kelompok dukungan bagi ibu-ibu untuk berbagi pengalaman dan memberikan dorongan dapat menjadi cara efektif untuk mempromosikan ASI eksklusif.

4. Implementasi Kebijakan: Kebijakan yang mendukung ibu yang menyusui di tempat kerja perlu diterapkan dan ditegakkan dengan baik. Ini termasuk menyediakan fasilitas menyusui yang nyaman dan waktu istirahat yang fleksibel. Mendorong perusahaan dan organisasi untuk mengadopsi kebijakan cuti melahirkan yang memungkinkan ibu memberikan ASI eksklusif selama enam bulan yang direkomendasikan.

5. Pemantauan dan Pengumpulan Data: Sistem pemantauan yang kuat perlu didirikan untuk terus memantau tingkat ASI eksklusif di tingkat provinsi dan nasional. Hal ini akan membantu mengidentifikasi tren dan area yang memerlukan perbaikan. Data perlu diperbarui secara berkala dan dibagikan secara terbuka untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.

ASI eksklusif adalah investasi penting untuk generasi mendatang. Selama tiga tahun terakhir, Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan persentase ASI eksklusif. Namun, perjalanan menuju praktik yang lebih baik masih panjang, terutama di provinsi-provinsi dengan tingkat yang lebih rendah. Dengan menerapkan strategi yang mencakup kampanye edukasi, dukungan kesehatan yang ditingkatkan, keterlibatan komunitas, implementasi kebijakan yang kuat, dan pemantauan berkelanjutan, Indonesia dapat menuju masa depan yang lebih sehat di mana ASI eksklusif menjadi norma, dan anak-anak tumbuh dengan lebih sehat dan berkembang dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun